Menguak misteri nusantara

Segala Puji hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, Penguasa alam semesta, Raja langit dan bumi, yang telah menunjuki jalan kebenaran dan menguatkan kita dalam menapaki jalan kemuliaan, jalan perubahan menuju kemerdekaan dan kedamaian sejati. Sebuah jalan yang dirindukan oleh setiap diri di muka bumi. Jalan kebenaran yang tidak dapat dipungkiri oleh mahluk apapun di muka bumi. Hanya dengan berjalan pada jalan kebenaran, maka setiap makhluk dapat hidup secara seimbang, teratur, dan saling melayani. Demikian pula dapat menjadi pintu bagi untaian keharmonisan hidup bagi setiap insan di alam raya, termasuk kita yang berdiam di bangsa Nusantara ini. Untaian keharmonisan ini menjadi cita-cita ideal pada setiap era peradaban. Walau terbangun atas beragam suku, bahasa, adat istiadat, dan keyakinan, namun keberagaman itu diharapkan akan memperkaya aset bangsa untuk menjadi kekuatan integral bagi Ibu Pertiwi. Setiap diri mendambakan untuk hidup dalam tatanan masyarakat heterogen yang rukun, saling menghormati, teposeliro, adil, sejahtera, arif dan bijaksana.

Bumi yang kita pijak adalah karunia yang luar biasa dari Yang Maha Agung. Tanah Air Nusantara adalah rumah di mana kita dilahirkan, dibesarkan, dan berkarya sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa, Sang Pencipta, Pengatur dan Pendidik alam semesta termasuk bumi tempat putra putri Nusantara berkarya. Adalah ironi jika kita tidak mencintai rumah tinggal kita sendiri, membiarkannya tak terurus, atau menyia-nyiakan karunia kekayaan duniawi ini sebagai amanah dari Dia Yang Maha Kaya. Lebih dari itu, putra-putri dan anggota keluarga yang berada dan hidup dalam tatanan cinta dan kasih sayang alam Nusantara adalah bagian dari karunia itu sendiri

Senin, 30 Januari 2012

Kuak Misteri, "Piramida" Garut Akan Dibor


VIVAnews - Kontroversi keberadaan bangunan buatan manusia menyerupai piramida di perut Gunung Sadahurip atau Gunung Putri di Garut, Jawa Barat, perlahan akan diuji kebenarannya. Setelah menggunakan teknologi georadar, geolistrik, foto kontur dan foto IFSAR, Tim Katastropik Purba dalam waktu dekat akan melakukan pengeboran.

Salah satu anggota tim, Iwan Sumule, mengatakan pengeboran di dalam perut Gunung Sadahurip itu adalah untuk mendalami batuan di dalam gunung tersebut.

“Kemungkinan pada Maret nanti sebagai eskavasi awal, akan kami selidiki batuan di dalamnya,” kata Iwan Samule kepadaVIVAnews.com, Senin, 30 Januari 2012.
Pengeboran merupakan salah satu dari proses eskavasi untuk menemukan fakta empirik apa saja yang ada dalam perut gunung tersebut. Sebelumnya, pengeboran telah dilakukan, namun pada Maret nanti akan dilakukan ke lapisan yang lebih dalam.

Jika benar Gunung Sadahurip menyimpan piramida, Tim menduga ini akan lebih besar dan lebih tua ketimbang Piramida Giza di Mesir.

Penjelasan ilmiah
Selain pengeboran, untuk menjelaskan secara ilmiah dugaan piramida di Gunung Sadahurip, Tim Katastropik pada awal Febuari depan akan menggelar sarasehan yang membahas semua hal yang berkaitan.

“Para peneliti akan memaparkan penelitian soal gunung itu secara ilmiah, kan selama ini kami yang hanya menyampaikan ke masyarakat,” katanya.

Sarasehan yang bertajuk "Mengungkap Tabir Peradaban dan Bencana Katastropik Purba di Nusantara untuk Memperkuat Karakter dan Ketahanan Nasional" akan digelar di Istana Merdeka pada 7 Febuari mendatang dan menghadirkan para ahli yang selama ini telah meneliti Gunung Sadahurip.

Iwan mengatakan, Tim Katastropik salah satunya akan menyimak pemaparan geolog dari ITB, Danny Hilman dan Andang Bachtiar, yang selama ini telah meneliti gunung itu dan telah menarik kesimpulan bahwa di dalamnya ada bangunan piramida.
“Keduanya akan sampaikan penelitian mereka. Akan dibeberkan semua hasil penelitian mereka dengan penjelasan ilmiah,” dia melanjutkan.
Kedua geolog tersebut juga merupakan anggota Tim Katastropik.

Stephen Oppenheimer, penulis buku laris "Eden in the East" dari Inggris yang tertarik dengan keberadaan piramida Sadahurip, dinyatakan juga akan hadir di pertemuan kebudayaan internasional yang diselenggarakan Universitas Indonesia pada Febuari mendatang di Bali. “Dia akan datang dalam pertemuan di Bali, dalam sarasehan nggakdatang,” ujarnya. (kd)

• VIVAnews

Jumat, 06 Januari 2012

Asal Usul Nama Sumatera


Pulau ameh kita jumpai dalam cerita Cindur Mata dari Minangkabau. Dalam cerita rakyat Lampung tercantum nama tanoh mas untuk menyebut pulau mereka yang besar itu. Pendeta I-tsing (634-713) dari Cina, yang bertahun-tahun menetap di Sriwijaya (Palembang) pada abad ke-7, menyebut pulau Sumatera dengan nama chin-chou yang berarti negeri emas.

      Dalam berbagai prasasti, pulau Sumatera disebut dengan nama Sansekerta Swarnadwipa (pulau
emas) atau Swarnabhumi (tanah emas). Nama-nama ini sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Naskah Buddha yang termasuk paling tua, Kitab Jataka, menceritakan pelaut-pelaut India menyeberangi Teluk Benggala ke Swarnabhumi. Dalam cerita Ramayana dikisahkan pencarian Dewi Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Swarnadwipa.

      Para musafir Arab menyebut pulau Sumatera dengan nama Serendib/Suwarandib, transliterasi dari nama Swarnadwipa. Abu Raihan Al-Biruni, ahli geografi Persia yang mengunjungi Sriwijaya tahun 1030, mengatakan bahwa negeri Sriwijaya terletak di pulau Suwarandib. Cuma entah kenapa, ada juga orang yang mengidentifikasi Serendib dengan Srilanka, yang tidak pernah disebut Swarnadwipa.

      Di kalangan bangsa Yunani purba, Pulau Sumatera sudah dikenal dengan nama Taprobana. Nama Taprobana Insula telah dipakai oleh Klaudios Ptolemaios, ahli geografi Yunani abad kedua Masehi, tepatnya tahun 165, ketika dia menguraikan daerah Asia Tenggara dalam karyanya Geographike Hyphegesis. Ptolemaios menulis bahwa di pulau Taprobana terdapat negeri Barousai. Negeri yang dimaksudkan itu adalah Barus di pantai barat Sumatera, yang terkenal sejak zaman purba sebagai penghasil kapur barus.

      Naskah Yunani tahun 70, Periplous tes Erythras Thalasses, mengungkapkan bahwa Taprobana juga dijuluki chryse nesos, yang artinya pulau emas. Sejak zaman purba para pedagang dari daerah sekitar Laut Tengah sudah mendatangi tanah air kita, terutama Sumatera. Di samping mencari emas, mereka mencari kemenyan (Styrax sumatrana) dan kapur barus (Dryobalanops aromatica) yang saat itu hanya ada di Sumatera. Sebaliknya, para pedagang Nusantara pun sudah menjajakan komoditi mereka sampai ke Asia Barat dan Afrika Timur, sebagaimana tercantum pada naskahHistoria Naturalis karya Plini abad pertama Masehi.

      Dalam kitab umat Yahudi, Melakim (Raja-raja), fasal 9, diterangkan bahwa Nabi Sulaiman a.s. raja Israil menerima 420 talenta emas dari Hiram, raja Tirus yang menjadi bawahan beliau. Emas itu didapatkan dari negeri Ophir. Kitab Al-Qur’an, Surat Al-Anbiya’ 81, menerangkan bahwa kapal-kapal Nabi Sulaiman a.s. berlayar ke “tanah yang Kami berkati atasnya” (al-ardha l-lati barak-Na fiha).

      Di manakah gerangan letak negeri Ophir yang diberkati Allah itu? Banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwa negeri Ophir itu terletak di Sumatera! Perlu dicatat, kota Tirus merupakan pusat pemasaran barang-barang dari Timur Jauh. Ptolemaios pun menulisGeographike Hyphegesis berdasarkan informasi dari seorang pedagang Tirus yang bernama Marinus. Dan banyak petualang Eropa pada abad ke-15 dan ke-16 mencari emas ke Sumatera dengan anggapan bahwa di sanalah letak negeri Ophir-nya Nabi Sulaiman a.s.

      Lalu dari manakah gerangan nama “Sumatera” yang kini umum digunakan baik secara nasional maupun oleh dunia internasional? Ternyata nama Sumatera berasal dari nama Samudera, kerajaan di Aceh pada abad ke-13 dan ke-14. Para musafir Eropa sejak abad ke-15 menggunakan nama kerajaan itu untuk menyebut seluruh pulau. Sama halnya dengan pulau Kalimantan yang pernah disebutBorneo, dari nama Brunai, daerah bagian utara pulau itu yang mula-mula didatangi orang Eropa. Demikian pula pulau Lombok tadinya bernama Selaparang, sedangkan Lombok adalah nama daerah di pantai timur pulau Selaparang yang mula-mula disinggahi pelaut Portugis. Memang orang Eropa sering seenaknya saja mengubah-ubah nama tempat. Hampir saja negara kita bernama “Hindia Timur” (East Indies), tetapi untunglah ada George Samuel Windsor Earl dan James Richardson Logan yang menciptakan istilah Indonesia, sehingga kita-kita ini tidak menjadi orang “Indian”.

      Peralihan Samudera (nama kerajaan) menjadi Sumatera (nama pulau) menarik untuk ditelusuri. Odorico da Pardenone dalam kisah pelayarannya tahun 1318 menyebutkan bahwa dia berlayar ke timur dari Koromandel, India, selama 20 hari, lalu sampai di kerajaan Sumoltra. Ibnu Bathutah bercerita dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq(Pengembaraan ke Timur) bahwa pada tahun 1345 dia singgah di kerajaan Samatrah. Pada abad berikutnya, nama negeri atau kerajaan di Aceh itu diambil alih oleh musafir-musafir lain untuk menyebutkan seluruh pulau.

      Pada tahun 1490 Ibnu Majid membuat peta daerah sekitar Samudera Hindia dan di sana tertulis pulau Samatrah. Peta Ibnu Majid ini disalin oleh Roteiro tahun 1498 dan muncullah nama Camatarra. Peta buatan Amerigo Vespucci tahun 1501 mencantumkan nama Samatara, sedangkan peta Masser tahun 1506 memunculkan nama Samatra. Ruy d’Araujo tahun 1510 menyebut pulau itu Camatra, dan Alfonso Albuquerque tahun 1512 menuliskannya Camatora. Antonio Pigafetta tahun 1521 memakai nama yang agak ‘benar’: Somatra. Tetapi sangat banyak catatan musafir lain yang lebih ‘kacau’ menuliskannya: Samoterra, Samotra, Sumotra, bahkan Zamatra dan Zamatora.

      Catatan-catatan orang Belanda dan Inggris, sejak Jan Huygen van Linschoten dan Sir Francis Drake abad ke-16, selalu konsisten dalam penulisan Sumatra. Bentuk inilah yang menjadi baku, dan kemudian disesuaikan dengan lidah kita.


Sumber utama:
Nicholaas Johannes Krom, “De Naam Sumatra”, Bijdragen tot deTaal-, Land-, en Volkenkunde, deel 100, 1941.
William Marsden, The History of Sumatra, Oxford University Press,Kuala Lumpur, cetak ulang 1975.

Sumber Tulisan:
http://irfananshory.blogspot.com/2007_05_01_archive.html (6 April 2009)

Sejarah Paparan Sunda.. Benua SundaLand

Nusantara merupakan sebutan untuk negara kepulauan yang terletak di kepulauan Indonesia saat ini. Catatan bangsa Tionghoa menamakan kepulauan ini dengan Nan-hai yang berarti Kepulauan Laut Selatan. Catatan kuno bangsa India menamainya Dwipantara yang berarti Kepulauan Tanah Seberang, yang diturunkan dari kata Sanskerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang) dan disebut juga dengan Swarnadwiva (pulau emas, yaitu Sumatra sekarang). Bangsa Arab menyebut daerah ini dengan Jaza’ir al-Jawi (Kepulauan Jawa).

Migrasi manusia purba masuk ke wilayah Nusantara terjadi para rentang waktu antara 100.000 sampai 160.000 tahun yang lalu sebagai bagian dari migrasi manusia purba “out of Africa“. Ras Austolomelanesia (Papua) memasuki kawasan ini ketika masih bergabung dengan daratan Asia kemudian bergerak ke timur, sisa tengkoraknya ditemukan di gua Braholo (Yogyakarata), gua Babi dan gua Niah (Kalimantan). Selanjutnya kira-kira 2000 tahun sebelum Masehi, perpindahan besar-besaran masuk ke kepulauan Nusantara (imigrasi) dilakukan oleh ras Austronesia dari Yunan dan mereka menjadi nenek moyang suku-suku di wilayah Nusantara bagian barat. Mereka datang dalam 2 gelombang kedatangan yaitu sekitar tahun 2.500 SM dan 1.500 SM (Wikipedia, 2009).

Bangsa nenek moyang ini telah memiliki peradaban yang cukup baik, mereka paham cara bertani yang lebih baik, ilmu pelayaran bahkan astronomi. Mereka juga sudah memiliki sistem tata pemerintahan sederhana serta memiliki pemimpin (raja kecil). Kedatangan imigran dari India pada abad-abad akhir Sebelum Masehi memperkenalkan kepada mereka sistem tata pemerintahan yang lebih maju (kerajaan).

Kepulauan Nusantara saat ini paling tidak ada 50 populasi etnik yang mendiaminya, dengan karakteristik budaya dan bahasa tersendiri. Sebagian besar dari populasi ini dengan cirri fisik Mongoloid, mempunyai bahasa yang tergolong dalam satu keluarga atau filum bahasa. Bahasa mereka merupakan bahasa-bahasa Austronesia yang menunjukkan mereka berasal dari satu nenek moyang. Sedangkan di Indonesia bagian timur terdapat satu populasi dengan bahasa-bahasa yang tergolong dalam berbagai bahasa Papua.

Pusat Arkeologi Nasional telah berhasil meneliti kerangka berumur 2000-3000 tahun, yaitu penelitian DNA purba dari situs Plawangan di Jawa Tengah dan Gilimanuk Bali. Penelitian itu menunjukkan bahwa manusia Indonesia yang hidup di kedua situs tersebut telah berkerabat secara genetik sejak 2000-3000 tahun lalu. Pada kenyataannya hingga sekarang populasi manusia Bali dan Jawa masih memiliki kekerabatan genetik yang erat hingga sekarang.

Hasil penelitian Alan Wilson tentang asal usul manusia di Amerika Serikat (1980-an) menunjukkan bahwa manusia modern berasal dari Afrika sekitar 150.000-200.000 tahun lampau dengan kesimpulan bahwa hanya ada satu pohon filogenetik DNA mitokondria, yaitu Afrika. Hasil penelitian ini melemahkan teori bahwa manusia modern berkembang di beberapa penjuru dunia secara terpisah (multi origin). Oleh karena itu tidak ada kaitannya manusia purba yang fosilnya ditemukan diberbagai situs di Jawa (homo erectus, homo soloensis, mojokertensis) dan di Cina (Peking Man) dengan perkembangan manusia modern (homo sapiens) di Asia Timur. Manusia purba ini yang hidup sejuta tahun yang lalu merupakan missing link dalam evolusi. Saat homo sapiens mendarat di Kepulauan Nusantara, pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan masih tergabung dengan daratan Asia sebagai sub-benua Sundaland. Sedangkan pulau Papua saat itu masih menjadi satu dengan benua Australia sebagai Sahulland.

Teori kedua yang bertentangan dengan teori imigrasi Austronesia dari Yunan dan India adalah teori Harry Truman. Teori ini mengatakan bahwa nenek moyang bangsa Austronesia berasal dari dataran Sunda-Land yang tenggelam pada zaman es (era pleistosen). Populasi ini peradabannya sudah maju, mereka bermigrasi hingga ke Asia daratan hingga ke Mesopotamia, mempengaruhi penduduk lokal dan mengembangkan peradaban.Pendapat ini diperkuat oleh Umar Anggara Jenny, mengatakan bahwa Austronesia sebagai rumpun bahasa yang merupakan sebuah fenomena besar dalam sejarah manusia. Rumpun ini memiliki sebaran yang paling luas, mencakup lebih dari 1.200 bahasa yang tersebar dari Madagaskar di barat hingga Pulau Paskah di Timur. Bahasa tersebut kini dituturkan oleh lebih dari 300 juta orang. Pendapat Umar Anggara Jenny dan Harry Truman tentang sebaran dan pengaruh bahasa dan bangsa Austronesia ini juga dibenarkan oleh Abdul Hadi WM (Samantho, 2009).

Teori awal peradaban manusia berada di dataran Paparan Sunda (Sunda-Land) juga dikemukan oleh Aryo Santos (2005). Santos menerapkan analisis filologis (ilmu kebahasaan), antropologis dan arkeologis. Hasil analisis dari reflief bangunan dan artefak bersejarah seperti piramida di Mesir, kuil-kuil suci peninggalan peradaban Maya dan Aztec, peninggalan peradaban Mohenjodaro dan Harrapa, serta analisis geografis (seperti luas wilayah, iklim, sumberdaya alam, gunung berapi, dan cara bertani) menunjukkan bahwa sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko. Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun Santos menyimpulkan bahwa Sunda Land merupakan pusat peradaban yang maju ribuan tahun silam yang dikenal dengan Benua Atlantis.

Dari kedua teori tentang asal usul manusia yang mendiami Nusantara ini, benua Sunda-Land merupakan benang merahnya. Pendekatan analisis filologis, antropologis dan arkeologis dari kerajaan Nusantara kuno serta analisis hubungan keterkaitan satu dengan lainnya kemungkinan besar akan menyingkap kegelapan masa lalu Nusantara. Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri peradaban awal Nusantara yang diduga adalah kerajaan Kandis.

Tulisan ini sambungan dari Hipotesis Atlantis Nusantara

Kamis, 05 Januari 2012

Ramalan Kemunculan Kalki & Ramalan Kedatangan Kembali Yesus: Membicarakan Tokoh yang Sama??


     Kitab Weda meramalkan avatara Wishnu yang kesepuluh, Kalki, yang akan muncul pada akhir Kali Yuga. Kitab Wahyu (Revelation), yang merupakan bagian dari Injil, meramalkan bahwa Yesus akan datang kembali. Anehnya, kedua ramalan itu memiliki banyak persamaan. Mungkinkah keduanya membicarakan tokoh yang sama?
     Edisi-edisi terdahulu Newsletter Sanatana Dharma telah menyajikan berbagai ramalan dalam Weda. Dalam edisi ini, marilah sekali lagi kita simak ramalan tentang kemunculan Kalki avatara, yang sering disebut sebagai avatara kesepuluh Sri Wishnu. Kalki avatara diramalkan akan muncul pada akhir jaman Kali Yuga, yang akan mengawali pergantian memasuki jaman baru, yaitu jaman Satya Yuga.
Konsep Waktu dalam Weda Sebelum itu, marilah kita telaah terlebih dahulu kosep waktu (kala) menurut
Weda. 
     Dalam Bhagavad-gita 11.23, Sri Krishna menyatakan : kalo ‘smi loka-ksayakrt “ Aku adalah waktu, Penghancur besar dunia-dunia”. Berbeda dengan konsep waktu di negara-negara Barat yang bersifat linier (garis lurus), kitab-kitab Weda memandang realita alam semesta ini dari sudut pandang perputaran atau siklus waktu yang disebut yuga. Fakta sejarah yang kita alami saat ini hanyalah salah satu bagian dari keseluruhan siklus waktu semesta yang berjalan secara kekal abadi yang dikenal dengan sebutan kala.
     Peristiwa-peristiwa alam disekitar kita memberikan isyarat pembenaran terhadap adanya siklus waktu dalam Weda tersebut. Lihatlah, musim-musim datang secara berulang : hadirnya musim semi, musim panas, musim gugur, musim dingin, diikuti dengan hadirnya kembali musim semi, musim panas, dan seterusnya. Hari-hari dalam seminggu datang berulang : Minggu, Senin….Sabtu,…lalu Minggu, Senin… kembali. Siang hari digantikan oleh malam hari…yang disusul dengan hadirnya siang hari kembali. Bukankah jarum-jarum jam tidak berhenti bergerak setelah semua jarumnya menunjuk angka 12? Semua itu adalah bagian kecil dari siklus yang lebih besar.

bersambung...

Kerajaan Hartharanus = Atlantis = Nusantara?

nemu artikel ini di sebuah forum silat sahabatsilat.com, eh ngak di nyana ada hubungannya dengan Legenda Atlantis dan Sejarah masalalu Indonesia 

Legenda Pangeran Pengampun. 

Bagi para guru sepuh ilmu silat, nama Pangeran Pengampun bukanlah nama yang asing. Tetapi pada saat sekarang mungkin hanya beberapa perguruan ssaja yang masih mengenalkan sosok legendaris Pangeran Pengampun. 

Konon ilmu silat sudah dikenal jauh sebelum agama Hindu dan Buddha masuk ke nusantara. Dimana dibuktikan bahwa di Nusantara ini (sebut saja Pulau Jawa), sudah memiliki peradaban yang sangat tinggi. Banyak fosil manusia tertua didunia ditemukan di daratan pulau Jawa, seperti dimulai dari pithecantrphus eretus sampai ke Mojokerto soloensis. 

Konon di pulau Jawa dalam legenda pernah ada suatu negara atau kerjaan yang sudah menganut faham monotheos. Yang diapit oleh dua Samodra yakni Samudra Hindia dan samudra Pasicik. Negera tersebut disebut negara Hartharanus. Dimana Prabu HeruCakra sebagai rajanya. Pada masa ini bahasa resmi kerajaan bernama bahasa “Ingsun Sabda” yang biasa disebut dengan akronim Sun-Da. Dipercaya bahwa bahasa Sun-Da adalah bahasa kerajaan yang dipakai saat itu. Pulau Jawa adalah merupakan daerah kapital dari kerajaan Hartharanus. Layaknya sebuah bahasa, maka setiap bahasa memeiliki charakter sebagai sarana untuk berkomunikasi tulis. Dalam kenyataanya aksara Sun-Da hingga saat ini masih ada dan dimiliki oleh mereka yang berusaha untuk melestarikan agar tidak punah. Meski mereka sudah tidak bisa membacanya lagi. 

Pangeran Penganpun adalah satu diantara kerabat prabu HeruCakra yang namanya tetap hidup. Sampai saat sekarang. Dimana ilmu yang digelar oleh Pangeran Pengampun adalah ilmu pengharkatan energi yang berbasis pada hubungan urat syarat yang berhubungan dengan setiap ruas tulang manusia. Khususnya Ruas tulang belakang dari mulai tulang ekor sampai dengan tulang tengkorak. Ilmu tersebut dikenal dengan istilah Gelang Naga (Gelang tenaga). Konon dinasti Shambala dari Tibet mempelajari ilmu ini melalui pertukaran budaya pada masa kejayaan Sriwijaya. Yang kemudian dikenal dengan ilmu KalaCakra..

Jelasnya bahwa keilmuan Gelang Naga (gelang tenaga) yang membangkitkan (harkatan /herkaton) energi melalui ring-ring dari disetiap ruas tulang manusia. Dimana setiap disetiap ring ruas tulang terhubung dengan urat syaraf yang berhubungan dengan organ oragn vital manusia. Yang dalam pengertianya jika energi ini mengalami hambatan, maka ada bagian spesifik tubuh yang tidak teraliri oleh energi yang dirasakan sebagai rasa sakit di organ tersebut yang terasa tidak nyaman. 

Masuknya agama Hindhu dan Buddha ke jawa, menyebabkan keilmuan yang berasal dari Pangeran Pengampun semakin maju bahkan beredar keluar pulau Jawa. Namun lafads “Pengampun” sangat sulit diucapkan bagi orang diluar Jawa. Sehingga pemujaan terhadapa Pangeran Pengampun hanyalah terdengar seperti gumanan / lafads yang berbunyi ”Houm houm houm). Demikian pula setelah Nusantara dimasuki agama Islam pemujaan terhadap Pangeran Pengampun disebut sebagai “Waliullah wakil Kesatu”. Dari sekian banyak ilmu hikmah yang diajarkan oleh para Wali banyak menyebutkan Pangeran Pengampun Waliullah wakil kesatu” 

Sehingga secara jelas bahwa “legenda Pangeran Pengampun” tetap hidup dimulai dari zaman Pra Hindu Budha sampai saat sekarang. Sosok Pangeran Pengampun adalah tokoh yang tidak masuk dalam catatan sejarah dan namanya hidup dimasyarakat maka beliau menjadi tokoh legenda. Akan tetapi bagi mereka yangmempelajari ilmu-ilmu hikmah akan menemui sebutan “Pangeran Pengampun waliullah wakil kesatu” didalam mantra2 tertentu. 

Di tatar Sunda (parahiangan), dipercaya bahwa Pangeran Pengampun pernah hidup di Bantar Kawung Cianjur Jawa barat. Sedangkan di Jawa Tengah Pangeran Pengampun dipercaya pernah hidup di masa kerajaan Hartharnus. Dan dihormati namanya oleh para Wali dengan sebutan Waliullah wakil Kesatu yang artinya Wakil yang berkaromah yang berkedudukan diatas para wali. 

Kesimpulan sementara: Pertama. Bahwa di pulau Jawa ada bahasa kesatuan yang disebut Bahasa Sun-da (bahasa Ingsun Sabda). Kedua. Keilmuan tentang energi berkaitan dengan energi yang memancar / merambat dari settiap ruas tulang manusia khususnya ruas ruas tulang punggung. mengalir melalui urat syarat menuju organ organ tubuh yang vital. Ketga: banyak versi tentang legenda Pangeran Pengampun yang beredar di masyarakat. Keempat. Negara Hartharanus jika dibaca dari belakang menjadi Nusantara. Kelima. Dalam spelling orang Barat kata Hartharnus menjadi Atlantis. Yang dipercaya oleh orang Barat sebagai benua yang hilang dan benua yang memiliki peradaban sangat tinggi.
Sumber:
http://atlantis-lemuria-indonesia.blogspot.com/2009/12/kerajaan-hartharanus-atlantis-nusantara.html

Menguak Sejarah Alternatif Nusantara


"Ingin membangkitkan kejayaan masa atlantis yang diyakini bukan di wilayah dekat Eropa, melainkan di NUSANTARA."
BUBARKAN INDONESIA
BEBASKAN NUSANTARA
BENTUK NEGARA KELIMA!!! 
... akhirnya ... dengan berbagai penafsiaran, mereka dapat menemukan titik kapan dan di mana akan mendeklarasikan negara kelima
Aku menemukan buku ini pada deretan buku laris di gramedia plasa semanggi. pada awalnya, aku menganggap novel ini hanya akan bercerita tentang sebuah realitas pembunuhan serta delik dan pola pengungkapan. ternyata negara kelima jauh dari itu.sangat provokatif dan menggugah semangat muda! ada baiknya lewat forum ini
aku berbagi cerita tentang novel ini. aku berani menyabutnya sebagai, Petualangan Sejarah dalam Kegelisahan dan Harapan "menjanjikan ketegangan yang tiada habis, mengalir deras, berkelok-kelok, penuh kejutan, spekulatif, penuh intrik dan narasinya yang tidak terduga"
Demikian penilaian yang diberikan oleh kritikus sastra Maman S Mahayana pada cover depan novel terbitan Serambi ini. Penilaian yang saya -pribadi kurang sepakati sepenuhnya. Terlalu dangkal rasanya apabila menilai novel ini, hanya dari konflik dan alur ceritanya. Sebab jauh dari yang kita bayangkan â€"ketika melihat cover dan pengantarnya, novel ini menyajikan sebuah penelusuran identitas dan pesan yang luar biasa.
Bubarkan Indonesia
Bebaskan Nusantara
Bentuk Negara Kelima
Pesan itu muncul dalam sebuah gelombang teror cyber yang dilakukan oleh sebuah kelompok yang menamakan dirinya kelompok patriotik. Tidak lama berselang terjadi rentetan pembunuhan. Dimulai dengan terbunuhnya puteri perwira polisi yang menjadi komandan Detsus Antiteror Polda Metro Jaya "yang juga memimpin tim untuk memburu kelompok patrotik. Pesan dari pembunuh ditinggalkan dalam bentuk goresan darah membentuk piramid dengan belahan diagonal pada bagian tengahnya.
Perburuan pun dimulai, tetapi rentetan pembunuhan tidak kunjung berhenti. Identifikasi kasus melibatkan seorang sejarawan senior yang telah lama berkutat dengan masalah simbol dan tanda dari masa silam. Interogasi yang dilakukan terhadap orang-orang yang disinyalir terlibat dalam kelompok patriotik itu hanya menambah kebingungan. Mereka hanya memberikan jawaban dalam bentuk teka-teki tentang negara kelima yang dijanjikan. Dimulai dengan narasi teka-teki negara pertama hingga keempat yang pernah terwujud di daratan nusantara.
Solon membawa berita
Plato membuat cerita
Sejarah mencari asalnya
Satu satu kosong kosong kosong terlalu lama
Teka-teki negara pertama yang keluar dari mulut tahanan menjadi tabir awal untuk memecahkan kasus ini. Seorang perwira pertama polisi, Inspektur Satu Timur Mangkuto ditetapkan menjadi tersangka utama rentetan kasus pembunuhan. Sekaligus ia dituduh terlibat dalam kelompok yang disebut polisi sebagai Kelompok Patriotik Radikal (Keparad). Tuduhan yang membuat anak muda itu melarikan diri dan berusaha untuk memecahkan sendiri teka-teki ini. Penemuan sebuah identitas dari masa lalu. Itulah yang terjadi ketika Timur Mangkuto bersama dengan Eva Duani, seorang sejarawan mulai menguak teka-teki Keparad. Kelompok itu mencita-citakan sebuah negara yang akan mengulangi kejayaan Atlantis pada masa sebelas ribu tahun yang silam.
Sebuah fakta yang baru ditemukan ketika mereka mempelajari kitab Timaues and Critias karangan Plato "satu-satunya sumber otentik yang menceritakan benua Atlantis.
Atlantis, sebelas ribu tahun yang lalu, berada di kawasan Nusantara kuno. Itulah fakta yang mereka temukan. Lengkap dengan bukti dan teori yang dipaparkan oleh sejarawan senior lulusan Sorbonne, Profesor Duani Abdullah. Dengan rapi, ES Ito menjalin rentetan cerita ini dengan mengembangkan berbagai teori yang pernah ada. Sebuah benda bernama serat ilmu "dengan bentuk piramid dengan belahan diagonal pada bagian alasnya- yang pada masa Atlantis disebut sebagai pillar Orichalcum, menjadi objek pencarian dari kelompok patriotik yang membawa mereka pada pengembaraan menuju daerah-daerah yang (sengaja ) dilupakan oleh sejarah Indonesia modern.
Jenius!
Kemampuan ES Ito untuk menghubungkan tiap plot cerita sungguh luar biasa. Penulis muda "yang menyembunyikan identitasnya itu, dengan gemilang menghubungkan antara kitab Timaes and Critias Plato dengan Tambo Adat Alam Minangkabau. Ia berhasil menjadikan sebuah mitologi "seolah menjadi jembatan fakta yang menghubungkan dua plot sejarah lewat penaklukan Iskandar Agung yang disebut-sebut dalam Tambo Minangkabau sebagai cikal bakal orang Minang.
Dengan jembatan itu, alur sejarah dikembangkan hingga Indonesia modern. Sampai pada akhirnya lima buah teka-teki itu bisa dijawab dengan tuntas. Saya terbius oleh novel ini, bukan saja karena kejeniusan pengarangnya dalam merangkai setiap plot sejarah menjadi jalinan cerita dan teka-teki yang menarik. Tetapi lebih dari itu, pengarang ini memiliki dua hal sekaligus yang amat langka saat ini, kecerdasan yang ditopang oleh keberanian. Bukan saja memaparkan sejarah dengan luar biasa, ES Ito juga berani untuk mengkritisinya bahkan pada beberapa hal mencibir habis beberapa fakta sejarah yang ia mainkan begitu saja. Begitu juga dengan lembaga kepolisian, ES Ito tidak hanya memaparkan sebuah cerita detektif, tetapi juga memberikan kritik pedas pada pola dan kinerja mereka.
"anak muda adalah kegelisahan, derap langkahnya adalah perubahan" Lebih dari semua itu, novel ini sarat dengan gagasan dan semangat muda. Mimpi-mimpi anak muda terbalut rapi oleh sebuah semangat menghadapi generasi tua yang korup dan generasi muda sampah. Ide-ide pada Negara Kelima mengingatkan kita pada mimpi-mimpi generasi bunga, 1968. Suatu masa ketika anak muda melihat segalanya mungkin. Dimana kontradiksi-kontradiksi dimunculkan sebagai simbol dan semangat generasi mereka. Sebuah pencarian identitas di tengah kegamangan menatap dunia.
Negara Kelima, terlepas dari kekurangannya pada beberapa hal, terutama masalah editing. Memberikan angin segar di tengah stagnansi ide pembaruan anak muda. ES Ito -anak muda kelahiran tahun delapan puluh satu itu, masih sangat muda. Ia telah membuka ruang untuk mimpi-mimpi besar dari generasi tanpa identitas. Lewat Negara Kelima ini, ES Ito telah menyumbangkan satu hal pada generasinya yaitu identitas sejarah. Dan identitas itu telah ia temukan.
Tidak salah pada bagian akhir tulisan ini, saya kutip petikan akhir pada novel "Nusantara ini bukan sekedar serpihan bekas kolonial Belanda! Nusantara kita mungkin lebih tua dari negeri-negeri utara. Hegemoni utara yang membuat negeri-negeri selatan menjadi kerdil dan lupa akan sejarah panjang mereka"
sumber:
http://toko.serambi.co.id

Sejarah Nusantara : Sebuah Narasi Alternatif


Oleh Timmy Hartadi
Banyak sekali penafsiran umum akan nama Nusantara, mungkin yang paling populer adalah rujukan penamaan Nusantara yang dapat diakses di situs wikipedia, di sana disebutkan bahwa ‘Nusantara merupakan istilah yang dipakai oleh orang Indonesia untuk menggambarkan wilayah kepulauan Indonesia dari Sabang sampai Merauke’; pertanyaannya, apakah hanya sebatas itu sajakah wilayah Nusantara dulu?
Candi Penataran
Nusa sendiri sering diartikan dengan pulau atau kepulauan, penamaan dari leluhur kita dahulu dalam bahasa sansekerta, sedang dalam bahasa sansekerta dengan peradaban yang lebih lama, istilah Nusa disebut dengan Nuswa.
Hasil dari penelitian kita terhadap beberapa rontal kuno dan beberapa prasasti, Nuswantara [atau Nusantara, selanjutnya kita bahasakan dengan Nusantara] adalah gabungan dari dua kata, Nusa dan Antara. Nusa sendiri dalam bahasa sansekerta kuno mempunyai arti “sebuah tempat yang dapat ditinggali” …jadi tidak disebutkan secara jelas bahwa itu adalah pulau.
Konsepsi dari Nusantara sendiri adalah sebuah kesatuan wilayah yang dipimpin oleh suatu pemerintahan [kerajaan] secara absolut. Jadi dalam Nusantara terdapat satu Kerajaan Induk dengan puluhan bahkan ratusan kerajaan yang menginduk [bedakan menginduk dengan jajahan]. Dalam sebuah periodesasi jaman, Kerajaan induk itu mempunyai seorang pimpinan [raja] dengan kewenangannya yang sangat absolut, sehingga kerajaan-kerajaan yang menginduk sangat hormat dan loyal kepada Kerajaan Induk dan satu sama lain antara kerajaan yang menginduk akan saling bersatu dalam menghadapi ancaman keamanan dari negara-negara di luar wilayah Nusantara, sehingga tak pelak kesatuan dari Nusantara sangat disegani, dihormati dan ditakuti oleh negara-negara lain pada jaman dahulu.
Kerajaan Induk biasanya dipimpin oleh seorang raja dengan gelar Sang Maha Prabu atau Sang Maha Raja, atau pada periode jaman sebelumnya dengan Sang Rakai atau Sang Mapanji, serta dibantu oleh Patih [sekarang setara dengan Perdana Menteri] yang bergelar Sang Maha Patih.
Sedangkan kerajaan-kerajaan yang menginduk, istilah Kerajaan juga seringkali disebut dengan Kadipaten yang dipimpin oleh raja yang bergelar Kanjeng Prabu Adipati atau Kanjeng Ratu Adipati [apabila dipimpin oleh seorang raja wanita], dan Patih-nya bergelar Sang Patih.
Pimpinan Kerajaan Induk tidaklah selamanya turun-temurun, tidak tergantung dari besar-kecilnya wilayah, tapi dilihat dari sosok pimpinannya yang mempunyai kharisma sangat tinggi, kecakapannya dalam memimpin negara dan keberaniannya dalam mengawal Nusantara, sehingga negara-negara lain [kerajaan yang menginduk/Kadipaten] akan dengan suka rela menginduk di bawah sang pemimpin, apalagi sang pemimpin biasanya dianggap mewarisi karisma dari pada dewa, dalam pewayangan-pun beberapa nama raja disebutkan sebagai Dewa sing ngejawantah.
Nusantara, atau Indonesia kini [dari bahasa melayu dan pengembangan penamaan wilayah nusantara pada jaman masa kolonial], dahulu dikenal dunia sebagai bangsa yang besar dan terhormat. Orang luar bilang Nusantara adalah “jamrud khatulistiwa” karena di samping Negara kita ini kaya akan hasil bumi juga merupakan Negara yang luar biasa megah dan indah.
Bahkan di dalam pewayangan, Nusantara ini dulu diberikan istilah berbahasa kawi/Jawa kuno, yaitu :
“Negara kang panjang punjung pasir wukir, gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerto raharja”
Artinya dalam bahasa Indonesia kurang lebih yaitu :
“Luas berwibawa yang terdiri atas daratan dan pegunungan, subur makmur, rapi tentram, damai dan sejahtera“
Sehingga tidak sedikit negara-negara yang dengan sukarela bergabung di bawah naungan bangsa kita.
Hal ini tentu saja tidak lepas peranan dari leluhur-leluhur kita yang beradat budaya dan berakhlak tinggi. Di samping bisa mengatur kondisi Negara sedemikian makmur, leluhur kita juga bahkan dapat mengetahui kejadian yang akan terjadi di masa depan dan menuliskannya ke dalam karya sastra. Hal ini bertujuan sebagai panduan atau bekal anak cucunya nanti supaya lebih berhati-hati menjalani roda kehidupan.
Akan tetapi penulisannya tidak secara langsung menggambarkan berbagai kejadian di masa mendatang, digunakanlah perlambang sehingga kita harus jeli untuk dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan perlambang itu tadi. Digunakannya perlambang karena secara etika tidaklah sopan apabila manusia mendahului takdir, artinya mendahului Tuhan yang Maha Wenang.
Leluhur kita yang menuliskan kejadian masa depan adalah Maharaja di Kerajaan Dahana Pura bergelar Sang Mapanji Sri Aji Jayabaya dalam karyanya Jayabaya Pranitiradya dan Jayabaya Pranitiwakyo. Sering juga disebut “Jangka Jayabaya” atau oleh masyarakat sekarang dikenal dengan nama “Ramalan Jayabaya”, sebetulnya istilah ramalan kuranglah begitu tepat, karena “Jangka Jayabaya” adalah sebuah Sabda, Sabda Pandhita Ratu dari Sang Mapanji Sri Aji Jayabaya, yang artinya adalah akan terjadi dan harus terjadi.
Leluhur lainnya adalah R. Ng. Ranggawarsita yang menyusun kejadian mendatang ke dalam tembang-tembang, antara lain Jaka Lodang, Serat Kalatidha, Sabdatama, dll.
Kaitannya dengan penanggalan jaman yang ada di Jangka Jayabaya, kita berhasil menemukan bahwa sejarah Nusantara tidak sekerdil sejarah yang tertulis di buku-buku pelajaran sejarah sekolah yang resmi atau literasi sejarah yang ada. Bahkan lebih dari itu, kami menemukan bukti tentang kebesaran leluhur Nusantara yang di peradaban-peradaban sebelumnya mempunyai wilayah yang lebih besar dari yang kita duga selama ini.
Data yang diperoleh terdapat di beberapa relief dan prasasti yang dapat dilihat dan dimengerti oleh semua orang. Pola pembacaan yang telah berhasil dipetakan dengan mendokumentasikan lebih dari 20 jenis aksara purba asli Nusantara yang dapat dipakai untuk membaca prasasti dan rontal-rontal kuno, mulai dari Aksara Pra Budi Ratya, Pudak Sategal, Sastra Gentayu, Sastra Wiryawan, Sastra Budhati, Sastra Purwaresmi, Aksara Pajajaran, Aksara Hendra Prawata, Aksara Jamus Kalihwarni, Aksara Keling, Aksara Budha yang ada di Magelang, Aksara Nagari Mojopoit, dll. Sebagai bahan perbandingan, aksara Pallawa yang ada di India itu masih setara dengan jaman Kerajaan Singasari, jadi masih terhitung sangat muda.
kembali ke Jangka Jayabaya, telah berhasil dipetakan periodesasi terciptanya bumi sampai ke titik akhir menjadi 3 Jaman Kali [Jaman Besar] atau Tri Kali, dan setiap Jaman Kali terbagi menjadi 7 Jaman Kala [Jaman Sedang] atau Sapta Kala, dan 1 Jaman Kala terbagi menjadi 3 Mangsa Kala [Jaman Kecil] atau Mangsa Kala, serta berhasil mengurutkan sejarah kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara yang mayoritas telah dihilangkan dari sejarah resmi.
Tri Kali atau 3 Jaman Besar itu terdiri dari :
1. Kali Swara – jaman penuh suara alam
2. Kali Yoga – jaman pertengahan
3. Kali Sangara – jaman akhir
Masing-masing Jaman Besar berusia 700 Tahun Surya, suatu perhitungan tahun yang berbeda dengan Tahun Masehi maupun Tahun Jawa, perhitungan tahun yang digunakan sejak dari awal peradaban. Konversi setiap Jaman Besar [Kali] masing-masing berbeda], saat ini yang telah berhasil dikonversikan adalah penghitungan Kali Sangara [jaman akhir], di mana 1 [satu] Tahun Surya setara dengan 7 Tahun Wuku, satu tahun Wuku terdiri dari 210 hari yang berarti 1 [satu] Tahun Surya pada jaman besar Kali Sangara itu sama dengan 1.470 hari.
Berikut adalah uraian tentang pembagian jaman disertai dengan silsilah Kerajaan-kerajaan Besar [Kerajaan Induk] di Nusantara mulai dari jaman Kali Swara, Kali Yoga, sampai Kali Sangara.
1. Kali Swara [ jaman penuh suara alam ]
Dibagi atas 7 Jaman Sedang [saptakala], yaitu :
1.1. Kala Kukila [burung]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
1.1.1 Mangsa Kala Pakreti [mengerti]
1.1.2 Mangsa Kala Pramana [waspada]
1.1.3 Mangsa Kala Pramawa [terang]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Kukila :
Keling, Purwadumadi, Purwacarita, Magadha, Gilingwesi, Sadha Keling
1.2. Kala Budha [mulai munculnya kerajaan]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
1.2.1 Mangsa Kala Murti [kekuasaan]
1.2.2 Mangsa Kala Samsreti [peraturan]
1.2.3 Mangsa Kala Mataya [manunggal dengan Sang Pencipta]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Budha :
Gilingwesi, Medang Agung, Medang Prawa, Medang Gili/Gilingaya, Medang Gana, Medang Pura, Medang Gora, Grejitawati, Medang Sewanda
1.3. Kala Brawa [berani/menyala]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
1.3.1 Mangsa Kala Wedha [pengetahuan]
1.3.2 Mangsa Kala Arcana [tempat sembahyang]
1.3.3 Mangsa Kala Wiruca [meninggal]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Brawa :
Medang Sewanda, Medang Kamulyan, Medang Gili/Gilingaya
1.4. Kala Tirta [air bah]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
1.4.1 Mangsa Kala Raksaka [kepentingan]
1.4.2 Mangsa Kala Walkali [tamak]
1.4.3 Mangsa Kala Rancana [percobaan]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Tirta : Purwacarita, Maespati, Gilingwesi, Medang Gele/Medang Galungan
1.5. Kala Rwabara [keajaiban]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
1.5.1 Mangsa Kala Sancaya [pergaulan]
1.5.2 Mangsa Kala Byatara [kekuasaan]
1.5.3 Mangsa Kala Swanida [pangkat]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Rwabara :
Gilingwesi, Medang Kamulyan, Purwacarita, Wirata, Gilingwesi
1.6. Kala Rwabawa [ramai]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
1.6.1 Mangsa Kala Wibawa [pengaruh]
1.6.2 Mangsa Kala Prabawa [kekuatan]
1.6.3 Mangsa Kala Manubawa [sarasehan/ pertemuan]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Rwabawa :
Gilingwesi, Purwacarita, Wirata Anyar
1.7. Kala Purwa [permulaan]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
1.7.1 Mangsa Kala Jati [sejati]
1.7.2 Mangsa Kala Wakya [penurut]
1.7.3 Mangsa Kala Mayana [tempat para maya/ Hyang]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Purwa :
Wirata Kulon [Matsyapati], Hastina Pura
2. Kali Yoga [ jaman pertengahan ]
Dibagi atas 7 Jaman Sedang [saptakala], yaitu :
2.1. Kala Brata [bertapa]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
2.1.4 Mangsa Kala Yudha [perang]
2.1.5 Mangsa Kala Wahya [saat/waktu]
2.1.6 Mangsa Kala Wahana [kendaraan]
Kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Purwa : Hastina Pura
2.2. Kala Dwara [pintu]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
2.2.1 Mangsa Kala Sambada [sesuai/ sepadan]
2.2.2 Mangsa Kala Sambawa [ajaib]
2.2.3 Mangsa Kala Sangkara [nafsu amarah]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Dwara :
Hastina Pura, Malawapati, Dahana Pura, Mulwapati, Kertanegara
2.3. Kala Dwapara [para dewa]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
2.3.1 Mangsa Kala Mangkara [ragu-ragu]
2.3.2 Mangsa Kala Caruka [perebutan]
2.3.3 Mangsa Kala Mangandra [perselisihan]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Dwapara :
Pengging Nimrata, Galuh, Prambanan, Medang Nimrata, Grejitawati
2.4. Kala Praniti [teliti]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
2.4.1 Mangsa Kala Paringga [pemberian/kesayangan]
2.4.2 Mangsa Kala Daraka [sabar]
2.4.3 Mangsa Kala Wiyaka [pandai]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Praniti :
Purwacarita, Mojopura, Pengging, Kanyuruhan, Kuripan, Kedhiri, Jenggala, Singasari
2.5. Kala Teteka [pendatang]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
2.5.1 Mangsa Kala Sayaga [bersiap-siap]
2.5.2 Mangsa Kala Prawasa [memaksa]
2.5.3 Mangsa Kala Bandawala [perang]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Teteka :
Kedhiri, Galuh, Magada, Pengging
2.6. Kala Wisesa [sangat berkuasa]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
2.6.1 Mangsa Kala Mapurusa [sentosa]
2.6.2 Mangsa Kala Nisditya [punahnya raksasa]
2.6.3 Mangsa Kala Kindaka [bencana]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Wisesa :
Pengging, Kedhiri, Mojopoit [Majapahit]
2.7. Kala Wisaya [fitnah]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
2.7.1 Mangsa Kala Paeka [fitnah]
2.7.2 Mangsa Kala Ambondan [pemberontakan]
2.7.3 Mangsa Kala Aningkal [menendang]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Wisaya :
Mojopoit, Demak, Giri
3. Kali Sangara [ jaman akhir ]
Dibagi atas 7 Jaman Sedang [saptakala], yaitu :
3.1. Kala Jangga
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
3.1.1 Mangsa Kala Jahaya [keluhuran]
3.1.2 Mangsa Kala Warida [kerahasiaan]
3.1.3 Mangsa Kala Kawati [mempersatukan]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Jangga :
Pajang, Mataram
3.2. Kala Sakti [kuasa]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
3.2.1 Mangsa Kala Girinata [Syiwa]
3.2.2 Mangsa Kala Wisudda [pengangkatan]
3.2.3 Mangsa Kala Kridawa [perselisihan]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Sakti :
Mataram, Kartasura
3.3. Kala Jaya
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
3.3.1 Mangsa Kala Srenggya [angkuh]
3.3.2 Mangsa Kala Rerewa [gangguan]
3.3.3 Mangsa Kala Nisata [tidak sopan]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Jaya :
Kartasura, Surakarta, Ngayogyakarta
3.4. Kala Bendu [hukuman/musibah]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
3.4.1 Mangsa Kala Artati [uang/materi]
3.4.2 Mangsa Kala Nistana [tempat nista]
3.4.3 Mangsa Kala Justya [kejahatan]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Jaya :
Surakarta, Ngayogyakarta, Indonesia [Republik]
3.5. Kala Suba [pujian]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
3.5.1 Mangsa Kala Wibawa [berwibawa/berpengaruh]
3.5.2 Mangsa Kala Saeka [bersatu]
3.5.3 Mangsa Kala Sentosa [sentosa]
3.6. Kala Sumbaga [terkenal]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
3.6.1 Mangsa Kala Andana [memberi]
3.6.2 Mangsa Kala Karena [kesenangan]
3.6.3 Mangsa Kala Sriyana [tempat yang indah]
3.7. Kala Surata [menjelang jaman akhir]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
3.7.1 Mangsa Kala Daramana [luas]
3.7.2 Mangsa Kala Watara [sederhana]
3.7.3 Mangsa Kala Isaka [pegangan]
Metode penelitian dan penelusuran yang digunakan selama ini adalah dengan mengkompilasikan studi literasi pada relief-relief, prasasti-prasasti serta rontal-rontal kuno yang dipadukan dengan Sastra Cetha, sastra yang tidak tersurat secara langsung. Sastra Cetha sendiri adalah sebuah informasi tak terbatas yang sudah digambarkan oleh alam semesta secara jelas, begitu jelasnya sehingga sampai tidak dapat terlihat kalau kita menggunakan daya penangkapan yang terlalu tinggi dan rumit :-)
Belajar dari tanah sendiri, belajar dari ajaran leluhur Nusantara sendiri, belajar banyak dari alam semesta, di mana bumi diinjak, di situ langit dijunjung.
Timmy Hartadi – Turangga Seta
Yogyakarta | Wuku Medhangkungan
Selasa Pahing 15 Desember 2009
Disampaikan pada diskusi Jelajah Nusantara
MCR, Yogyakarta | Selasa 15 Desember 2009
Sumber: http://www.facebook.com/notes/sohirin-disainer/sejarah-panjang-nusantara-sejarah-nusantara-sebuah-narasi-alternatif/392949485721

Pacitan, Ibukota Prasejarah Dunia

INILAH.COM, Pacitan - Meski secara geografis Kabupaten Pacitan wilayah marjinal, tapi tidak demikian dengan arkeologinya. Di wilayah ini ditemukan bengkel manusia purba terbesar dari kebudayaan paleolitik. 

Sekitar tahun 1935, dua warga asing Gustav Heinrich Ralph von Koeningswald, paleontolog dan geolog dari Jerman dan M.W.F. Tweedie menemukan situs Kali Bak Sooka. 

Situs itu merupakan bengkel manusia purba terbesar dari kebudayaan Paleolitik atau lebih dikenal sebagai budaya Pacitanian.

Dari data Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga setempat (Disbudparpora), paling tidak terdapat 261 lokasi situs prasejarah. Baik yang sudah diekplorasi maupun baru sebatas tahapan survey. 

Diperkirakan masih ada jutaan artefak prasejarah terkubur di lokasi situs tersebut. 

Besarnya perkiraan jumlah artefak mengacu pada temuan Gustav Heinrich Ralph von Koeningswald di satu lokasi, situs Kali Bak Sooka, Kecamatan Punung. 

Sedikitnya, 3.000 artefak telah berhasil dikumpulkan. “Tak salah jika kemudian Pacitan disebut sebagai Ibukota Prasejarah Dunia,” ujar salah satu staf Disbudparpora, Johan Perwiranto. 

Meski sudah ditemukan sejak lama, upaya penggalian intensif baru dilakukan kembali mulai tahun 1992. Tim dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) yang dipimpin Harry Truman Simanjuntak menemukan 13 kilogram batu rijang dan sejumlah alat pangkas di situs Song Keplek. 

Tiga tahun berselang, tim arkeolog dipimpin warga negara Prancis, Francois Semah ikut bergabung. Tidak itu saja, pada penggalian di situs purbakala lainnya, Song Terus tim mendapati kerangka manusia purba dari ras Austrialid yang hidup sekitar 12.000 tahun sebelum masehi. 

Ketika ditemukan, kerangka manusia purba berjenis kelamin perempuan itu dalam posisi terlipat menghadap dinding goa dan disangga beberapa batu. 

Ditangannya memegang peralatan dari batu. Satu lagi kerangka juga ditemukan tetapi rasnya berbeda, yaitu dari ras Mongoloid. 

Memang, jika dibandingkan dengan penemuan di Ngawi dan Sangiran, temuan fosil manusia purba di Pacitan kalah banyak. Tetapi, dari segi peralatan unggul. 

Berbagai macam peralatan sebagian besar bisa ditemukan di wilayah Kecamatan Punung. Mulai kapak genggam, kapak perimbas, kapak penetak, mata panah, serut, alat-alat dari tulang (spatula) dan lain sebagainya. 

Selain di situs Kali Bak Sooka, peralatan juga ditemukan di situs Sungai Banjar, Sungai Karasan, Sungai Jatigunung (Tulakan) dan Kedung Gamping. 

Ciri-ciri kapak genggam dari budaya Pacitanian di antaranya terdapat pangkasan di kedua sisi. Pangkasan itu menciptakan bentuk yang simetris poros dan dua sisinya retus menyeluruh, menurut keadaan serta bentuknya yang menonjol. 

Sedangkan kapak perimbas dikenali dari bentuk tajam hanya pada satu sisi dan digunakan untuk keperluan sehari-hari. Tak hanya di situs Kali Bak Sooka, bengkel besar peralatan ditemukan pula di situs Ngrijangan, Desa Sooka. 

Di situs ini, para arkelog telah mengidentifikasi berbagai jenis beliung. Seperti, kapak persegi, kapak corong, kubur persegi, pahat neolitik dan serut. Situs Ngrijangan oleh para ahli Arkeolog disinyalir sebagai bengkel beliung pada masa neolitikum. 

Sementara itu, di situs Blawong Desa Mantren ditemukan bengkel mata anak panah. 

Kini, berbagai macam benda prasejarah maupun peralatan kuno tersebut masih bisa dilihat di Museum Buwono Keling. Meski jumlahnya tidak banyak, paling tidak suguhan koleksi bisa menambah wawasan dan pengetahuan. 

Khususnya bagi para pelajar maupun mahasiswa yang menempuh studi kearkeologian.[beritajatim.com]

Jeniusnya Anak-anak Nusantara



Disini kita akan paham, kenapa visi "
Nusantara Jaya" bisa terjadi, dan bagaimana Nusantara, bisa jadi bangsa terunggul di dunia. Anda mungkin belum tahu, bahwa banyak anak-anak Nusantara, termasuk dari Papua yang memiliki kecerdasan super-genius setara Einsteindengan IQ rata-rata diatas 150. Dan bahwa banyak putra-putra terbaik Indonesia berada di pusat-pusat sains dan teknologi terunggul di dunia. Ini bukan impian, ini kenyataan yang akan terjadi. Selamat menikmati.


Pemuda Indonesia Pada 80 Tahun “Sumpah Pemuda”
28 Oktober 1908 – 28 Oktober 2008
Oleh : Ishadi, SK*


Jumat pagi tanggal 18 Juli lalu saya berkesempatan breakfast meeting dengan Prof. Yohanes Surya Ph.D., yang memperkenalkan program Tim Olympiade Fisika Indonesia (TOFI), sebuah usaha untuk menetaskan juara fisika, di panggung dunia. Usahanya didorong obsesi untuk suatu ketika tampil seorang pemenang Nobel Fisika dari Indonesia.
Bukan hanya mimpi, karena seorang mahasiswa jurusan Fisika ITB,Anike Nelce Bowaire (dari Papua ; red), memperoleh penghargaan First to Nobel Prize in Physic 2005 dalam Kejuraan Fisika Dunia di Amerika. Anike sekarang belajar di MIT – Massachusetts Institute OfTechnology di A.S., Universitas yang melahirkan paling banyak pemenang Nobel dunia. Anike adalah anak didik Prof. Dr. Yohanes yang mengikuti Program Olympiade Fisika Nasional sebuah program pelatihan khusus untuk anak-anak berbakat di Indonesia.

Menurut dia, Indonesia memerlukan paling tidak 10,000 orang yang memiliki keahlian “advance In science and technology” sebagai persyaratan dasar sebuah bangsa untuk mengembangkan diri sejajar dengan bangsa-bangsa maju di dunia. Sekarang ini baru sekitar 100 orang yang tercatat memiliki keahlian dibidang itu, padahal berdasarkan uji statistik rata rata terdapat seorang genius diantara setiap 10.000 orang di dunia. Karena Indonesia berpenduduk 230 juta secara teoritis paling tidak seharusnya terdapat 230,000 orang jenius di Indonesia! Sebuah potensi besar untuk menemukan para ahli di bidang “Advance Science and Technology”.
Kejeniusan seseorang diukur tingkat IQ-nya yang minimal 140, dan tidak mempunyai korelasi dengan standard gizi yang dikonsumsi sehari-hari. Jenius adalah sebuah bakat alam yang ada sejak dilahirkan. Masalahnya adalah sebagian terbesar anak-anak jenius ini tidak diolah, dilatih dan dididik secara proper. Jenius hanyalah potensi dasar.
Sebagai contoh, bulan September 2004, Andrey Awoitau, murid SMP kelas 1 di Papua ditemukan mempunyai bakat jenius. Oleh Prof. Yohanes, kemudian mebawanya ke Jakarta. Setelah dilatih secara khusus selama 8 bulan, Andrey diikutkan pada kompetisi Olympiade Matematika Indonesia dan memperoleh Medali Perak. Delapan bulan berikutnya lewat berbagai pelatihan lanjutan, Andrey memperoleh Medali Emas dengan mengalahkan Ivan Christanto – Juara Dunia Olympiade Matematika.

Bulan Agustus 2005, Prof. Yohanes melakukan penelitian acak diantara 27 SMU Negeri dan 17 SMU Swasta di Jakarta. Hasilnya dari 1,500 siswa yang diteliti, 300 siswa mempunyai IQ 140, dari jumlah itu 44 siswa memiliki IQ 150 – melewati tingkat jenius. Ahli fisika dunia Albert Einstein penemu teori relativitas memiliki IQ 150. Sedangkan Prof. Dr. Wiryono Karyo, Sekjen Departmen Energi dan Sumber Daya Mineral mempunyai IQ 170.
Bulan November 2005, Prof. Yohanes lewat penelitian lain terhadap 400 siswa SMA kelas 1 Kabupaten Toba, Samosir, menemukan 6 orang dengan IQ 150 – super jenius. Sejak program TOFI (Tim Olympiade Fisika Indonesia) diluncurkan tahun 1993, pelajar binaannya sudah merebut 54 medali emas, 33 medali perak dan 42 medali perunggu di berbagai kompetisi Matematika/Fisika Internasional.
Jumlah ini bertambah ketika 3 minggu lalu TOFI memperoleh 2 medali Emas, 2 medali Perak dan 1 medali Perunggu pada International Physics Olympiad ke-39 di Hanoi, Vietnam. Sebelumnya Kelvin Anggara (SMU Sutomo, Medan) untuk pertama kalinya dalam sejarah memperoleh medali emas di Olympiade Kimia Internasional di Budapest (12-21 Januari 2008).
Yang paling terkenal, Yonatan Mailoa, siswa kelas 3 SMA Penabur BPK (IQ 153) yang pada bulan Juni 2006, merebut Medali Emas Fisika Dunia, setelah memenangkan kompetisi yang diikuti oleh 356 peserta dari 85 Negara. Mailoa sekarang melanjutkan kuliah di MIT – Massachusets Institute Of Technology, A.S. Bulan Juli 2007,Muhammad Firmansyah Kasim, murid kelas 1 SMU Negri Makasar (IQ 152) memperoleh dua medali emas: masing-masing untuk kejuaraan Olympiade Asia di China diikuti oleh 80 Negara dan Olympiade Dunia di Iran yang diikuti oleh 90 Negara.


Prof. Nelson Tansu Ph.D, memperoleh gelar Professor Fisika pada umur 25 tahun dari Pennsylvania State University, hanya sepuluh tahun setelah lulus SMU Dr. Sutomo 1 Medan, Nelson menjadi Profesor termuda dalam sejarah perguruan tinggi di Amerika Serikat. Sementara itu Reza Pradipta berumur 23 tahun saat ini sedang kuliah untuk memperoleh gelar Doktor Teknologi Nuklir di MIT – salah satu perguruan Tinggi terbaik didunia.

Kita masih ingat sebuah Majalah Politik Terkemuka A.S. ”Foreign Policy”, (yang merupakan salah satu majalah jaringan Group ”Washington Post”,) – edisi Mei 2008, menempatkan Dr. Anis Baswedan yang sekarang Rektor Universitas Paramadina – sebagai salah satu dari 100 ”World public intelectuals”, sejajar dengan Al Gore, Noam Chomsky, Francis Fukuyama, Umberto Eco, Lee Kuan Yew, sejarawan India – Ramachandra Guha dan Penulis Fareed Zakaria.


Bulan April 2004, pada kejuaraan Fisika antar tujuh universitas paling prestigius didunia – Harvard University; University of California – Berkeley California; Princeton University; California Institute of Technology; Stanford University; Bremen University dan MIT- Massachusetts Institute of Technology keluar sebagai juara setelah mengumpulkan penghargaan terbanyak. MIT mengirim 7 orang mahasiswa, 3 diantaranya mahasiswa Indonesia yang sedang belajar perguruan tinggi tersebut.


Untuk merealisasikan mimpinya Prof. Yohanes berencana mendirikan paling tidak 10 kelas super di Indonesia. Masing-masing kelas terdiri dari 20 orang yang dipilih diantara siswa yang mempunyai IQ diatas 140 dan ditempelkan di SMU unggulan di Indonesia. Sekarang ini ada satu kelas yang sudah ditempelkan ke SMU 3 Jakarta. Kalau program ini berjalan baik dipastikan dalam dua tahun, akan lebih banyak siswa Indonesia yang menjadi juara Olimpiade Asia maupun Dunia.


Tanggal 3 sampai 10 Agustus 2008 di Bali, Indonesia menjadi tuan rumah ”Asian Science Camp”, ajang pelatihan siswa unggul seluruh Asia. Mereka dilatih oleh enam pemenang hadiah Nobel diantaranya: Professor Masatoshi Koshiba (2002) Nobel Fisika Jepang, Professor Yuan Tseh Lee (1986) Nobel Kimia Taiwan, Professor Douglas Osherroff (1996) Nobel Fisika USA, Professor Richard Robers Erns (1991) Nobel Kimia Switzerland. Indonesia mengikut sertakan 350 peserta.
Beberapa mantan juara Olyimpiade Fisika yang telah menjadi peneliti di luar negri menjadi pembicara diantaranya Prof. Nelson Tansu, Profesor termuda di A.S., Prof Johny Setiawan yang bekerja di Max Planck Institute for Astronomy – satu-satunya astronomy non-Jerman di Institute itu –yang menemukan delapan planet di tata surya lain, tiga diantaranya planet HD 47536c; HD 110014b dan HD 110014c, akan dipublikasikan tahun depan dalam jurnal astronomi, dan Dr. Rizal Fajar satu dari 8 scientist yang merancang dan menerbangkan ”probe” – laboratorium penelitian angkasa luar A.S., yang berhasil mendarat di Planet Mars.


Indonesia nyatanya tidak hanya kaya sumber daya alam (SDA), namun juga sumber daya manusia (SDM). Mantan Presiden Habibie adalah seorang jenius yang lulus dari Perguruan Tinggi Rheinisch –Westfalische Technice Hohscule, Achen, Jerman dengan nilai Summa Cumlaude dibidang ”teknologi pesawat terbang” – Habiebie menjadi doktor pertama di dunia yang memperoleh Summa Cum-laude di bidang itu.
Prof. Habibie selama bermukim di Jerman menjadi warga negara kehormatan negara itu dan menjadi salah satu Vice President Pabrik Pesawat Terbang MBB – Messerschmitt Bolkow Blohm. Dialah yang menemukan rumus keretakan pesawat terbang. Penemuan itu sangat membantu upaya mendisain pesawat penumpang raksasa yang dibuat di pabrik Boeing maupun Air Bus. Rumus nya dipakai untuk mendisain pesawat Jumbo Boeing 747 dan Boeing 777 serta Air Bus A380.
Temuannya menyebabkan Habibie dikenal sebagai ”Mr. Crakers”. Habibie tahun 1976 merintis pendirian industri penerbangan IPTN (Industri Pesawat Terbang Nurtanio) di Bandung. Banyak orang muda Indonesia pintar yang didorong keperluan memperoleh fasilitas labaratorium dan lingkungan budaya peneliti yang advance terpaksa sementara bermukim di luar negri.
Ketika IPTN berhenti mendisain dan memproduksi pesawat, ratusan pegawai ahli yang sebelumnya belajar di berbagai universitas ternama dunia hengkang ke berbagai negara dan menjadi tenaga inti diperusahaan yang ditempati. Di Malaysia terdapat 200 karyawan ex IPTN yang menjadi tenaga inti dari Pabrik Komponen Pesawat di negara itu. Pabrik itu menjadi supplier untuk Air Bus A320, sebagian bahkan di “forward” ke PT Dirgantara Bandung karena mereka sendiri sudah “over-load”!
Di pabrik pesawat Embraer Brazil ada 100 tenaga Teknik Penerbangan Indonesia 5 diantaranya sudah menjadi tenaga tetap. Di pabrik Lalu, de Havilland, Kanada terdapat 10 orang Teknisi Penerbangan, sementara di Pabrik Boeing A.S. terdapat 20 orang tenaga teknik Indonesia, termasuk Profesor Sulaiman Kamil Mantan Direktur Teknologi IPTN. Di Pabrik Pesawat terbang CASA Spanyol tempat sebagian tenaga IPTN sebelumnya belajar dan dilatih terdapat seorang Trainer Indonesia Ir. Math. Risdaya Fadil.
Pesawat terbesar didunia Air Bus A380, yang tahun lalu melakukan penerbangan perdana – didisain oleh ratusan tenaga ahli dari berbagai negara. Tenaga ahli Indonesia merupakan kelompok terbanyak yang berasal dari luar Eropah!

Tidak hanya di Industri Pesawat terbang, di Silicon Valley pusat ITC termasuk pabrik Microsoft terdapat 100 ahli IT Indonesia yang bekerja disanaAhli Indonesia banyak juga yang bekerja di NASA – National Space and Auronatica di Florida A.S. Kalau saja kelak iklim riset science sudah lebih kondusif dipastikan ratusan tenaga ahli Indonesia akan pulang kampung dan bekerja disini. Karena pengalaman empiris membuktikan orang Indonesia yang merantau tidak betah berlama lama diluar negri. Bangsa Indonesia bukan bagian dari bangsa yang suka ber migrasi kenegara lain.


Selain kaya Sumber Daya Alam Indonesia juga kaya dengan SDM – Sumber Daya Manusia Unggul – terdiri dari orang orang muda yang cerdas, hebat dan berbakat. Mereka yang akan membawa Indonesia sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ke lima di dunia setelah Cina, India, Uni Eropah dan A.S. menurut ”Visi Indonesia 2030. Hidup Pemuda Indonesia.


Sragen, 28 Oktober 2008.*
Ishadi S.K.

Senin, 02 Januari 2012

Dari Peradaban awal manusia di Atlantis (Nusantara) ke Plato lalu kembali Indonesia kini



Setiap umat mempunyai batas waktu (ajal-nya), makakala ia telah tiba, maka mereka tidak akan bisa mengundurkannya sesaat pun, tidak pula mereka bisa memajukannya.” (QS 7:34)

Bulan-bulan ini bangsa Indonesia diharu-biru oleh berbagai isu, ketegangan konflik dan meningkatnya suhu politik, serta berbagai perilaku aneh para politisi dan kontestan pemilu caleg yang gagal. Ada yang stress, depresi berat, lalu gila. Ada yang ‘mutung’ mengambil kembali barang bantuannya yang sudah diberikannya ketika kampanye tapi gagal menang pileg. Bahkan tidak sedikit yang bunuh diri, dan-atau melakukan pembunuhan.

fenomena aneh dalam praktek kehidupan sosial dan sistem politik bangsa Indonesia saat ini semakin memperlihatkan praktek dan perwujudan cara berfikir (filsafat/pandangan dunia) yang jauh dari realisasi asasi nilai-nilai luhur Panca Sila: “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyaratan-perwakilan”. Jelasnya hampir semua (sebagian besar) perilaku sosial-politik bangsa Indonesia kini didominasi kendali paham pikir keserakahan materialistis. Prinsip falsafah Pancasilais: ”Ketuhanan Yang Maha Esa” dan ”Kemanusiaan yang adil dan beradab” telah tergusur oleh falsafah ”Keuangan yang maha kuasa” dan ”Kebinatangan yang zalim dan biadab”.

Praktek kehidupan sosial-politik dan ekonomi anak bangsa tak lagi terpimpin oleh semangat kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah-Kebijaksaan. Demokrasi masih menjadi sekedar menjadi alat formal-prosedural pengumpul legitimasi untuk berkuasanya para elite politik-ekonomi. Paling tidak itulah yang dirasakan oleh beberapa pengamat dan tokoh-tokoh yang prihantin dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini. 

Lalu apa hubungannya dengan Plato, filosof kelahiran Yunani (Greek philosopher) yang hidup 427-347 Sebelum Masehi (SM)? Plato adalah salah seorang murid Socrates, filosof arif bijaksana, yang kemudian mati diracun oleh penguasa Athena yang zalim pada tahun 399 SM. Setelah kematian gurunya, Plato sering bertualang, termasuk perjalanannya ke Mesir.

Pada tahun 387 SM dia kembali ke Athena dan mendirikan Academy, sebuah sekolah ilmu pengetahuan dan filsafat, yang kemudian menjadi model buat universitas moderen. Murid yang paling terkenal dari Academy tersebut adalah Aristoteles yang ajarannya punya pengaruh yang hebat terhadap filsafat sampai saat ini.
Demi pemeliharaan Academy, banyak karya Plato yang terselamatkan. Kebanyakan karya tulisnya berbentuk surat-surat dan dialog-dialog, yang paling terkenal adalah Republic. Karya tulisnya mencakup subjek yang terentang dari ilmu pengetahuan sampai kepada kebahagiaan, dari politik hingga ilmu alam.
Dua dari dialognya, Timeaus and Critias, memuat satu-satunya referensi orsinil tentang pulau Atlantis (the island of Atlantis).
Plato menyatakan bahwa puluhan ribu tahun lalu terjadi berbagai letusan gunung berapi secara serentak, menimbulkan gempa, pencairan es, dan banjir. Peristiwa itu mengakibatkan sebagian permukaan bumi tenggelam. Bagian itulah yang disebutnya benua yang hilang atau Atlantis.
Penelitian mutakhir yang dilakukan oleh Prof. Dr. Aryso Santos, menegaskan teorinya bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun, ia menghasilkan buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato’s Lost Civilization (2005).
Santos menampilkan 33 perbandingan ciri-ciri dari 12 lokasi di muka bumi yang diduga para sarjana lain sebagai situs Atlantis, seperti luas wilayahnya, cuacanya, kekayaan alamnya, gunung berapinya, dan cara bertaninya, dll. yang akhirnya Santos menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia sekarang. Salah satu buktinya adalah sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur,  Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.
Aryso Santos juga menerapkan analisis filologis (ilmu kebahasaan), antropologis dan arkeologis dalam penelitiannya. Dia banyak mendapatkan petunjuk dari reflief-relief dari bangunan-bangunan dan artefak bersejarah dan piramida di Mesir, kuil-kuil suci peninggalan peradaban Maya dan Aztec di Amerika Selatan, candi-candi dan artefak-artefak bersejarah peninggalan peradaban Hindu di lembah sungai Hindustan (Peradaban Mohenjodaro dan Harrapa). Juga dia mengumpulkan petunjuk-petunjuk dari naskah-naskah kuno, kitab-kita suci berbagai agama seperti the Bible dan kitab suci Hindu Rig VedaPuranas, dll.
Menurut Prof. Dr. H. Priyatna Abdul Rasyid, Ph.D. Direktur Kehormatan International Institute of Space Law (IISL), Paris-Prancis: bukanlah suatu kebetulan ketika Indonesia pada tahun 1958, atas gagasan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja melalui UU No. 4 Perpu tahun 1960, mencetuskan Deklarasi Djoeanda. Isinya menyatakan bahwa negara Indonesia dengan perairan pedalamannya merupakan kesatuan wilayah nusantara. Fakta itu kemudian diakui oleh Konvensi Hukum Laut Internasional 1982. Merujuk penelitian Santos, pada masa puluhan ribu tahun yang lalu wilayah negara Indonesia merupakan suatu benua yang menyatu. Tidak terpecah-pecah dalam puluhan ribu pulau seperti halnya sekarang.
Santos menetapkan bahwa pada masa lalu itu Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Teori Plato menerangkan bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene) . Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air yang berasal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/ Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Samosir, yang merupakan puncak gunung Toba yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.
Kata Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit Atala, yang berarti surga atau menara peninjauan (watch tower), Atalaia (Potugis), Atalaya(Spanyol). Plato menegaskan bahwa wilayah Atlantis pada saat itu merupakan pusat dari peradaban dunia dalam bentuk budaya, kekayaan alam, ilmu pengetahuan-teknologi, dan lain-lainnya. Plato menduga bahwa letak Atlantis itu di Samudera Atlantik sekarang. Pada masanya, ia bersikukuh bahwa bumi ini datar dan dikelilingi oleh satu samudera (ocean) secara menyeluruh.Ocean berasal dari kata Sanskrit ashayana yang berarti mengelilingi secara menyeluruh. Pendapat itu kemudian ditentang oleh ahli-ahli di kemudian hari seperti Copernicus, Galilei-Galileo, Einstein, dan Stephen Hawking.
Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es di muka bumi mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat.
Santos, dengan mengutip teori para geolog, menamakannya sebagai Heinrich Events, bencana katastrop yang berdampak global. Beberapa artikel resume dari buku Aryso Santos ini dipublikasikan di situs internetnya dihttp://www.atlan.org.

Menurut Santos, dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, “Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.”
Priyatna mengatakan: ”Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat. Yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali.”
Ketiga, soal semburan lumpur akibat letusan gunung berapi yang abunya tercampur air laut menjadi lumpur. Endapan lumpur di laut ini kemudian meresap ke dalam tanah di daratan. Lumpur panas ini tercampur dengan gas-gas alam yang merupakan impossible barrier of mud (hambatan lumpur yang tidak bisa dilalui), atau in navigable(tidak dapat dilalui), tidak bisa ditembus atau dimasuki. Dalam kasus di Sidoarjo, pernah dilakukan remote sensing, penginderaan jauh, yang menunjukkan adanya sistim kanalisasi di wilayah tersebut. Ada kemungkinan kanalisasi itu bekas penyaluran semburan lumpur panas dari masa yang lampau.
Menurut Priyatna, bahwa Indonesia adalah wilayah yang dianggap sebagai ahli waris Atlantis, tentu harus membuat kita bersyukur. Membuat kita tidak rendah diri di dalam pergaulan internasional, sebab Atlantis pada masanya ialah pusat peradaban dunia. Namun sebagai wilayah yang rawan bencana, sebagaimana telah dialami oleh Atlantis itu, sudah saatnya kita belajar dari sejarah dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir untuk dapat mengatasinya.
Koran Republika, Sabtu, 18 Juni 2005 menulis bahwa para peneliti AS menyatakan bahwa Atlantis is Indonesia. Hingga kini cerita tentang benua yang hilang ‘Atlantis’ masih terselimuti kabut misteri. Sebagian orang menganggap Atlantis cuma dongeng belaka, meski tak kurang 5.000 buku soal Atlantis telah ditulis oleh para pakar.
Bagi para arkeolog atau oceanografer moderen, Atlantis tetap merupakan obyek menarik terutama soal teka-teki di mana sebetulnya lokasi sang benua. Banyak ilmuwan menyebut benua Atlantis terletak di Samudera Atlantik.
Sebagian arkeolog Amerika Serikat (AS) bahkan meyakini benua Atlantis dulunya adalah sebuah pulau besar bernama Sunda Land, suatu wilayah yang kini ditempati Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Sekitar 11.600 tahun silam, benua itu tenggelam diterjang banjir besar seiring berakhirnya zaman es.
”Para peneliti AS ini menyatakan bahwa Atlantis is Indonesia,” kata Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Umar Anggara Jenny, Jumat (17/6), di sela-sela rencana gelaran ‘International Symposium on The Dispersal of Austronesian and the Ethnogeneses of the People in Indonesia Archipelago, 28-30 Juni 2005.
Kata Umar, dalam dua dekade terakhir memang diperoleh banyak temuan penting soal penyebaran dan asal usul manusia. Salah satu temuan penting ini adalah hipotesa adanya sebuah pulau besar sekali di Laut Cina Selatan yang tenggelam setelah zaman es.
Hipotesa itu, kata Umar, berdasarkan pada kajian ilmiah seiring makin mutakhirnya pengetahuan tentang arkeologi molekuler. Tema ini, lanjutnya, bahkan menjadi salah satu hal yang diangkat dalam simposium internasional di Solo, 28-30 Juni 2005
Menurut Umar, salah satu pulau penting yang tersisa dari benua Atlantis — jika memang benar — adalah Pulau Natuna, Riau. Berdasarkan kajian biomolekuler, penduduk asli Natuna diketahui memiliki gen yang mirip dengan bangsa Austronesia tertua.
Bangsa Austronesia diyakini memiliki tingkat kebudayaan tinggi, seperti bayangan tentang bangsa Atlantis yang disebut-sebut dalam mitos Plato. Ketika zaman es berakhir, yang ditandai tenggelamnya ‘benua Atlantis’, bangsa Austronesia menyebar ke berbagai penjuru.
Mereka lalu menciptakan keragaman budaya dan bahasa pada masyarakat lokal yang disinggahinya dalam tempo cepat yakni pada 3.500 sampai 5.000 tahun lampau. Kini rumpun Austronesia menempati separuh muka bumi.
Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI), Harry Truman Simanjuntak, mengakui memang ada pendapat dari sebagian pakar yang menyatakan bahwa benua Atlantis terletak di Indonesia. Namun hal itu masih debatable.
Yang jelas, terang Harry, memang benar ada sebuah daratan besar yang dahulu kala bernama Sunda Land. Luas daratan itu kira-kira dua kali negara India. ”Benar, daratan itu hilang. Dan kini tinggal Sumatra, Jawa atau Kalimantan,” terang Harry. Menurut dia, sah-sah saja para ilmuwan mengatakan bahwa wilayah yang tenggelam itu adalah benua Atlantis yang hilang, meski itu masih menjadi perdebatan yang perlu diverifikasi secara ilmiah oleh berbagai pihak yang berwenang (otoritatif), misalnya Badan Arkeologi Nasional RI.
Dominasi Austronesia
Menurut Umar Anggara Jenny, Austronesia sebagai rumpun bahasa merupakan sebuah fenomena besar dalam sejarah manusia. Rumpun ini memiliki sebaran yang paling luas, mencakup lebih dari 1.200 bahasa yang tersebar dari Madagaskar di barat hingga Pulau Paskah di Timur. Bahasa tersebut kini dituturkan oleh lebih dari 300 juta orang.
”Pertanyaannya dari mana asal-usul mereka? Mengapa sebarannya begitu meluas dan cepat yakni dalam 3500-5000 tahun yang lalu. Bagaimana cara adaptasinya sehingga memiliki keragaman budaya yang tinggi,” tutur Umar.
Salah satu teori, menurut Harry Truman, mengatakan penutur bahasa Austronesia berasal dari Sunda Land yang tenggelam di akhir zaman es. Populasi yang sudah maju, proto-Austronesia, menyebar hingga ke Asia daratan hingga ke Mesopotamia, mempengaruhi penduduk lokal dan mengembangkan peradaban.
Apa yang diungkap Prof. Dr. Umar Anggara Jenny dan Harry Truman tentang sebaran dan pengaruh bahasa dan bangsa Austronesia ini dibenarkan oleh Prof.Dr. Abdul Hadi WM, budayawan dan sastrawan terkemuka Indonesia.
Konteks Indonesia secara Filosofis dan Ruhaniyah
Secara filosofis dan historis, apa yang telah dirumuskan oleh paraFounding Fathers Republik Indonesia menjadi Panca Sila, apakah secara langsung atau tidak, mungkin terinspirasi atau ada kemiripan (paralelisme) dengan konsep Plato tentang “Negara Ideal” yang tertulis dalam karyanya “Republic”. Konsep Plato tentang sistem kepemimpinan masyarakat dan siapa yang berhak memimpin bangsa, bukanlah berdasarkan sistem demokrasi formal-prosedural yang liberal ala demokrasi Barat (Amerika) saat ini. Secara sederhana konsep kepemimpinan Platonis adalah “King Philosopher” atau “Philospher King”. Konsep ini Plato dapatkan dari kisah tentang sistem pemerintahan dan negara Atlantis.
Menurut Plato suatu bangsa hanyalah akan selamat hanya bila dipimpin oleh orang yang dipimpin oleh “kepala”-nya (oleh akal sehat dan hati nuraninya), dan bukan oleh orang yang dipimpin oleh “otot dan dada” (arogansi), bukan pula oleh “perut” (keserakahan), atau oleh “apa yang ada di bawah perut” (hawa nafsu). Hanya para filosof, yang dipimpin oleh kepalanya, yaitu para pecinta kebenaran dan kebijaksanaan-lah yang dapat memimpin dengan selamat, dan bukan pula para sophis (para intelektual pelacur, demagog) seperti orang kaya yang serakah (tipe Qarun, “manusia perut” zaman Nabi Musa), atau tipe Bal’am (ulama-intelektual-penyihir yang melacurkan ilmunya kepada tiran Fir’aun). Plato membagi jenis karakter manusia menjadi 3: “manusia kepala” (para filosofof-cendikiawan-arif bijaksana), “manusia otot dan dada” (militer), dan “manusia perut” (para pedagang, bisnisman-konglomerat). Negara akan hancur dan kacau bila diserahkan kepemimpinannya kepada “manusia otot-dada” atau “manusia perut”, menurut Plato.
Dr. Jalaluddin Rakhmat menjelaskan dalam konteks terminologi agama mutakhir: Islam, istilah Philosophia atau Sapientia, era Yunani itu identik dengan terminologi Hikmah dalam al-Qur’an. IstilahHikmah terkait dengan Hukum (hukum-hukum Tuhan Allah SWT yang tertuang dalam Kitab-Kitab Suci para Nabi dan para Rasul Allah, utamanya Al-Qur’an al-Karim, dan Sunnah Rasulullah terakhir Muhammad SAW, yang telah merangkum dan melengkapi serta menyempurnakan ajaran dan hukum rangkaian para nabi dan rasul Allah sebelumnya. Hukum yang berdasarkan dan bergandengan dengan Hikmah, bila ditegakkan oleh para Hakim dalam sebuah sistem Hukumah (pemerintahan) inilah yang akan benar-benar dapat merealisasikan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah-kebijaksanaan dalam permusyawaratan-perwakilan, serta Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Maka semakin jelaslah mengapa konsep kepemimpinan berdasarkan Panca Sila itu terkait erat dengan konsep kepemimpinan negara versi Plato, karena ia mengambilnya dari peradaban tertua yang luhur dari peradaban umat manusia pertama (Adam As dan keturunannya) yang mendapat hidayah dan ilmu langsung dari Tuhan YME: Allah SWT. Dan entah benar atau tidak, lokasinya adalah di Nusantara (Asia Tenggara).

Surga Atlantis, Yunani dan Indonesia
Plato mendapatkan ilham filsafat politiknya serta informasi tentang peradaban dan perikehidupan bangsa antik yang luhur Atlantis, dari Socrates gurunya, juga dari jalur kakeknya yang bernama Critias. Di mana Critias mendapatkan berita tentang Atlantis dari Solon yang mendapatkannya dari para pendeta (ruhaniawan) di Mesir kuno.
Menurut penelitian Aryso Santos, para pendeta (rohaniwan) Mesir kuno ini, mewarisi informasi tentang Atlantis ini dari para leluhurnya yang berasal dari Hindustan (India yang merupakan peradaban Atlantis ke-2) dari peradaban bangsa Atlantis pertama di Sunda Land (Lemuria) atau Nusantara. Aryso Santos juga menemukan banyak informasi-informasi yang mengarahkan kesimpulannya dari artefak-artefak dan situs bersejarah di Mesir.
Aryso Santos juga menemukan bahwa cerita tentang Atlantis terkait dengan kisah para “dewa’ dalam mitologi Yunani dan perikedupan manusia pertama, keluarganya dan masyarakat keturunannya,. Cerita ini ada kemiripan dengan kisah Zeus dalam mitology dan legenda Yunani, juga dengan kisah dalam kitab suci Hindu Rig Veda, Puranas,dll. “All nations, of all times, believed in the existence of a Primordial Paradise where Man originated and developed the fist civilization ever. This story, real and true, is told in the Bible and in Hindu Holy Books such a the Rig Veda, the Puranas and many others. That this Paradise lay “towards the Orient” no one doubts, excepting some die-hard scientists who stolidly hold that the different civilizations developed independently from each other even in such unlikely, late places such as Europe, the Americas or the middle of the Atlantic Ocean. This, despite the very considerable contrary evidence that has developed from essentially all fields of the human sciences, particularly the anthropological ones. It is mainly on those that we base our arguments in favor of the reality of a pristine source of human civilization traditionally called Atlantis or Eden, etc.” tulis Aryso Santos.
Yang cukup mengejutkan adalah bahwa Peradaban kuno Atlantis, yang kemungkinan adalah peradaban pertama umat manusia, justru sudah beradab (civilized) dan punya kemampuan sains dan teknologi, dan sistem kemasyarakatan dan ketatanegaraan ideal yang cukup maju yang tak terbayangkan oleh kita sekarang itu dapat terjadi 11.600 tahun yang lalu. Dari sudut pandang umat Islam, hal ini tidaklah mengherankan, karena Nabi Adam, sebagai manusia (kalifatullah) pertama telah diajari Allah semua ilmu pengetahuan tentang nama-nama (QS 2 : 30)



Sebuah bangsa kepulauan, yang menurut anggapan Plato berlokasi di tengah Samudra Atlantik, dihuni oleh suatu ras manusia yang mulia dan sangat kuat (noble and powerfull). Rakyat tanah air tersebut sangat makmur sejahtera yang sangat bersyukur atas segala karunia sumber daya alam yang diketemukan di seantero kepulauan mereka. Kepulauan itu adalah sebuah pusat perdagangan dan kegiatan komersial. Pemerintahan negeri itu memperjalankan para penduduknya untuk memperdagankan hasil buminya sampai ke Afrika dan Eropa
Negara Atlantis.
Menurut cerita Plato Atlantis adalah wilayahnya Poseidon, dewa laut. Ketika Poseidon jatuh cinta kepada wanita yang bisa mati, Cleito, dia membuat sebuah sumur di puncak bukit di tengah-tengah pulau dan membuat kanal-kanal air berbentuk lingkaran cincin di sekitar sumur tersebut untuk melindungi istrinya itu. Cleito melahirkan lima pasang anak kembar laki-laki yang menjadi penguasa pertama Atlantis. Negeri pulau itu dibagi-bagi di antara para saudara laki-lakinya. Yang tertua, Atlas, raja pertama Atlantis, diberi kontrol atas pusat bukit dan area sekitarnya.
Pada puncak tengah bukit, untuk menghormati Poseidon, sebuah bangunan candi, kuil atau istana dibangun yang menempatkan sebuah patung emas raksasa dari Poseidon yang mengendarai sebuat kereta yang ditarik kuda terbang. Di sinilah para penguasa Atlantis biasa mendiskusikan hukum, menentapkan keputusan dan memberi penghormatan kepada Poseidon.
Untuk memfasilitasi perjalanan dan perdagangan, sebuah kanal (saluran) air dibuat memotong cincin-cincin kanal air yang melingkari wilayah, sehingga terbentuk jalan air sepanjang 9 km ke arah selatan menuju laut.
Kota Atlantis menduduki tempat pada wilayah luar lingkaran cincin air, menyebar di sepanjang dataran melingkar sepanjang 17 km. Inilah tempat yang padat penduduk di mana mayoritas pendudukanya tinggal.
Di belakang kota terhampar seuatu lahan subur sepanjang 530 km dan selebar 190 km yang dikitari oleh kanal air lain yang digunakan untuk memngumpulkan air dari sungai-sungai dan aliran air pengunungan. Iklimnya memungkinkan mereka dapat 2 kali panenan dalam setahun. Pada saat musim penghujan, lahan disirami air hujan dan pada musim panas/kemarau, lahan diairi irigasi dari kanal-kanal air.
Mengitari dataran di sebelah utaranya ada pengunungan yang menjulang tinggi ke langit. Pedesaaan, danau-danau dan sungai dan meadow menandai titik-titik pengunungan.
Disamping hasil panenan, kepulauan besar tersebut menyediakan semua jenis tanaman herbal, buah-buahan dan kacang-kacangan, dan sejumlah hewan termasuk gajah, yang memenuhi kepulauan.
Dari generasi ke generasi orang-orang Atlantean hidup dengan sederhana, hidup penuh dengan kebaikan. Namun lambat-laun mereka mulai berubah. Keserakahan dan kekuasaan mulai mengkorupsi mereka. Ketika Maha Dewa Zeus melihat ketidakdapatmatian (immortality) para penduduk Atlantis, maka Dia mengumpulkan para dewa lainnya untuk menentukan sebuah hukuman yang layak bagi mereka.
Segera, dalam sebuah bencana besar mereka lenyap. Kepulauan Atlantis, penduduknya, dan ingatan-ingatanya musnah tersapu lautan.
Ringkasan cerita yang dikisahkan Plato ini sekitar tahun 360 SM dalam dialognya Timaeus and Critias. Karya tulis Plato ini adalah satu-satunya referensi yang diketahui mengenai Atlantis. Ini telah menimbulkan kontroversi dan perdebatan lebih dari 2 ribu tahun lamanya.http://www.enlightenmentpathsir.com/rememberingatlantis.htm

Replika Situs Atlantis yang dibangun Nabi Iskandar Zulkarnain telah diketemukan di Sumatra ?
Beberapa orang yang penulis temukan secara tak sengaja, antara Januari-Mei tahun ini telah mengaku menemukan jejak-jejak situs yang diduga kemungkinan besar adalah replika situs Atlantis.
Menurut pengakuan mereka, mereka terdorong oleh ilham dan mimpi serta cerita-cerita tambo, mitos dan legenda yang diwarisi dari leluhur mereka tentang cerita istana Dhamna yang hilang di tengah pulau Sumatra, di sekitar perbatasan Propinsi Sumatra Barat, Jambi dan Riau.
Sekitar 6 bulan mereka melakukan riset dan ekspedisi ke lokasi, dengan partisipasi seorang arkeolog dan panduan beberapa tokoh masyarakat adat setempat mereka menemukannya di tengah bukit dan hutan yang sukar dijangkau manusia. Di tempat yang sekarang dikenal sebagai Lubuk Jambi itu konon telah diketemukan oleh masyarakat setempat berbagai artefak dan sisa bangunan peninggalan kerajaan Kandis, yang diduga Atlantis itu di dekat sungai Kuantan Singgigi. Beberapa foto dirimkan oleh mereka kepada penulis sebagai bukti hasil ekspedisi mereka. Namun demikian, menurut informasi yang mereka dapat, tempat tersebut dijaga dan dipelihara, selain oleh masyarakat adat setempat juga oleh kekuatan makluk supra natural tertentu yang menjaganya ribuan tahun. Bahkan menurut mereka, jarum kompas yang mereka bawa ke tempat itu pun tidak bisa berfungsi lagi, karena pengaruh kutub magnetis bumi pun menjadi hilang di sana. Salah satu dari tim ekspedisi itu mengaku melihat dan merasakan kehadiran semacam siluman macan/harimau yang menjaga tempat itu. Wallahu ‘alam bi shawab.
Namun terlepas dari benar tidaknya pengakuan mereka, ada juga beberapa pihak yang mengaitkan diketemukannya bukti-bukti situs Atlantis sebagai peradaban umat manusia pertama dengan sejarah kehidupan Nabi Adam As dan anak-cucu keturunannya, dengan prediksi kebangkitan kembali agama-agama dan spiritualisme dunia menjelang akhir zaman. Ini konon terhubung dengan persiapan kedatangan Imam Mahdi dan mesianisme kebangkitan kembali Nabi Isa al-Masih, sebelum kiamat tiba.
Inilah yang mungkin masih menjadi pertanyaan tersirat ES Ito yang menulis novel Negara Kelima. Bagaimanakah revolusi menuju negara ke lima itu mendapatkan jalannya?
Nusantara, Indonesia sekarang, menurut Tato Sugiarto, telah dipersiapkan Tuhan YME sebagai negeri tempat persemaian dan tumbuh kembangnya kearifan ilahiah dan shopia perennialis yang berevolusi melalui berbagai agama dunia dan kearifan-kearifan lokal nusantara, yang merefleksikan falsafah Bhineka Tunggal Ika. Menurut pria kelahiran 1937, mantan tea taster dan market analisis PT perkebunan I – IX Sumatara Utara – Aceh, walau terjadi paradoks –di balik krisis lingklungan seiring dengan krisis peradaban global, mengutip Alvin Tofler, terjadi pula gejala-gejala kebangkitan agama-agama, yang paralel dengan kebangkitan spiritualisme menurut John Naisbit. Ini menutut Tato, adalah pertanda masa transisi proses kebangkitan umat manusia menyosong tranformasi menuju “Kebangkitan Peradaban Mondial Millenium Ketiga”.
Gejala ini juga terlihat jelas di kawasan Nusantara ini, dan pesan-pesannya pun dipahami para ahli makrifat yang waskita. Walau fenomena ini tampil paradoksal, namun sesungguhnya bersifat komplementer, merupakan survival instinct manusia. Ini merupakan peringatan dini dalam mengatisipasi apocaliptic threats yang akan hadir di masa datang. Prophetic intelegence yang relevan dengan itu berabad-abad yang lampau sebenarnya telah diisyaratkan dalam Injil dan al-Qur’an sebagai nubuat (ramalan) Kebangkitan Isa al-Masih (QS 3: 55, QS 19:33) ataupun yang dalam pagelaran wayang purwo ditampilkan sebagai mitos “Kresna Gugah”.
Dalam ungkapan seorang aktifis urban sufism di Jakarta, Rani Angraini, “karena di sinilah peradaban luhur pertama umat manusia berawal, maka di sini pula peradaban umat manusia bangkit kembali dan berakhir di penghujung zaman.” Wallahu ‘Alam bi shawab. (AYS)
Artikel terkait terlampir di: