Menguak misteri nusantara

Segala Puji hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, Penguasa alam semesta, Raja langit dan bumi, yang telah menunjuki jalan kebenaran dan menguatkan kita dalam menapaki jalan kemuliaan, jalan perubahan menuju kemerdekaan dan kedamaian sejati. Sebuah jalan yang dirindukan oleh setiap diri di muka bumi. Jalan kebenaran yang tidak dapat dipungkiri oleh mahluk apapun di muka bumi. Hanya dengan berjalan pada jalan kebenaran, maka setiap makhluk dapat hidup secara seimbang, teratur, dan saling melayani. Demikian pula dapat menjadi pintu bagi untaian keharmonisan hidup bagi setiap insan di alam raya, termasuk kita yang berdiam di bangsa Nusantara ini. Untaian keharmonisan ini menjadi cita-cita ideal pada setiap era peradaban. Walau terbangun atas beragam suku, bahasa, adat istiadat, dan keyakinan, namun keberagaman itu diharapkan akan memperkaya aset bangsa untuk menjadi kekuatan integral bagi Ibu Pertiwi. Setiap diri mendambakan untuk hidup dalam tatanan masyarakat heterogen yang rukun, saling menghormati, teposeliro, adil, sejahtera, arif dan bijaksana.

Bumi yang kita pijak adalah karunia yang luar biasa dari Yang Maha Agung. Tanah Air Nusantara adalah rumah di mana kita dilahirkan, dibesarkan, dan berkarya sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa, Sang Pencipta, Pengatur dan Pendidik alam semesta termasuk bumi tempat putra putri Nusantara berkarya. Adalah ironi jika kita tidak mencintai rumah tinggal kita sendiri, membiarkannya tak terurus, atau menyia-nyiakan karunia kekayaan duniawi ini sebagai amanah dari Dia Yang Maha Kaya. Lebih dari itu, putra-putri dan anggota keluarga yang berada dan hidup dalam tatanan cinta dan kasih sayang alam Nusantara adalah bagian dari karunia itu sendiri

Senin, 13 Februari 2012

Perdalam Kearifan Lokal Untuk Perdamaian Bangsa

JAKARTA - Dalam rangka memperkokoh perdamaian antar suku bangsa serta agama yang ada di Tanah Air, Universal Peace Federation (UPF) menggandeng perguruan tinggi Indonesia untuk memperdalam serta meningkatkan kearifan dan karakter bangsa yang ada di Indonesia. 

"Kami melakukan pendekatan kepada kampus karena di kampuslah pembangunan karakter bangsa bisa dimulai oleh para mahasiswa, di mana UPF berupaya membangun terciptanya perdamaian berdasarkan nilai-nilai universal," kata Deputi Ambassador UPF Prof Dr Payaman J Simanjuntak di sela-sela seminar World Interfaith Harmony Week bertema "Menggali Kearifan Lokal dalam Rangka Membangun Perdamaian' kerja sama Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) dengan UKI, di Jakarta, akhir pekan lalu. 

Selain dengan UKI, UPF dalam membawakan misi perdamaian dan pembangunan karakter bangsa juga menjalin kerja sama dengan 10 perguruan tinggi, di antaranya Universitas Tarumanagara, Universitas Islam Negeri (UIN) Ciputat, dan Universitas Negeri Jakarta (UNJ). 

"Tidak hanya dimulai dari kalangan kampus, pengenalan karakter bangsa dan misi perdamaian bisa dimulai dari pendidikan dasar, mulai usia SD, SMP, hingga SMU. Jika generasi muda sudah matang dalam hal pendalaman karakter bangsa dan bisa membawa misi perdamaian, prestasinya sebagai seorang mahasiswa bisa mudah diwujudkan," katanya. 

Sementara itu, Pembantu Rektor Akademik UKI Wesley BP Simanjuntak mengatakan seminar di UKI sengaja mengangkat kearifan lokal karena kearifan lokal memiliki fungsi tidak hanya dalam ranah teologis yang bersifat filosofis, melainkan juga teknis demi tujuan pragmatis masyarakat. 

"Kearifan lokal adalah identitas budaya bangsa yang menjadi fondasi atas bangunan bersama masyarakat. Fondasi inilah yang menjadikan sebuah bangsa memiliki kemampuan melakukan absorpsi dan mengolah kebudayaan asing sejalan dengan watak dan kemampuan diri sendiri," katanya. 

Ia juga mengatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman yang komprehensif mengenai kearifan lokal diharapkan mampu mendorong terciptanya kondisi masyarakat yang stabil serta tidak mudah terprovokasi yang dapat memorakporandakan kehidupan beragama di Indonesia. "Seminar ini diharapkan mampu menggali nilai-nilai lokal agar tercipta perdamaian di bumi pertiwi dan dunia," kata Wesley. mza/P-3
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/83436

Jumat, 10 Februari 2012

Gafatar (Februari 2012)

Sebuah Agenda.. 

Interfaith Seminar in Support of the UN World Interfaith Harmony Week (10 February 2012)

6th February 2012 | By: chrispoerba


Feb. 4, 2012

Subject: Interfaith Seminar in Support of the UN World Interfaith Harmony Week

Dear Sir/Madam,
This age of globalization needs enlightened people that can help benefit all humanity. Our challenge is to encourage understanding, respect, and cooperation among people of all faiths for the well-being of our communities and peace in the world.
The first week of February every year was designated World Interfaith Harmony Week by an October 20, 2010 resolution of the United Nations General Assembly. The President of the 66th Session of the General Assembly, H.E. Mr. Nassir Abdulaziz Al-Nasser, said “In our conflict-ridden world, I believe it is important to recognize the historical good done by people  in various parts of the world.”
In response to the call by the UN to observe the UN World Interfaith Harmony Week in every nation, Universitas Kristen Indonesia (UKI), the Universal Peace Federation (UPF) and Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) will convene an Interfaith Seminar on 10 February 2012 on the theme “Interfaith Harmony & Global Cooperation: Exploring Local Wisdom for Building Peace.” Please see enclosed program for details.
Date: Friday, 10 February 2012
Time: 8.30 am – 3.00 pm
Venue: Seminar Hall, 3rd Floor, Faculty of Economics, UKI, Cawang Campus,
Jl. Mayjen Sutoyo No. 2, Cawang, Jakarta 13630

We would be honored if you kindly accepted our invitation to this important event.

Sincerely,

Ursula McLackland
Regional Secretary General, UPF Asia

Senin, 30 Januari 2012

Kuak Misteri, "Piramida" Garut Akan Dibor


VIVAnews - Kontroversi keberadaan bangunan buatan manusia menyerupai piramida di perut Gunung Sadahurip atau Gunung Putri di Garut, Jawa Barat, perlahan akan diuji kebenarannya. Setelah menggunakan teknologi georadar, geolistrik, foto kontur dan foto IFSAR, Tim Katastropik Purba dalam waktu dekat akan melakukan pengeboran.

Salah satu anggota tim, Iwan Sumule, mengatakan pengeboran di dalam perut Gunung Sadahurip itu adalah untuk mendalami batuan di dalam gunung tersebut.

“Kemungkinan pada Maret nanti sebagai eskavasi awal, akan kami selidiki batuan di dalamnya,” kata Iwan Samule kepadaVIVAnews.com, Senin, 30 Januari 2012.
Pengeboran merupakan salah satu dari proses eskavasi untuk menemukan fakta empirik apa saja yang ada dalam perut gunung tersebut. Sebelumnya, pengeboran telah dilakukan, namun pada Maret nanti akan dilakukan ke lapisan yang lebih dalam.

Jika benar Gunung Sadahurip menyimpan piramida, Tim menduga ini akan lebih besar dan lebih tua ketimbang Piramida Giza di Mesir.

Penjelasan ilmiah
Selain pengeboran, untuk menjelaskan secara ilmiah dugaan piramida di Gunung Sadahurip, Tim Katastropik pada awal Febuari depan akan menggelar sarasehan yang membahas semua hal yang berkaitan.

“Para peneliti akan memaparkan penelitian soal gunung itu secara ilmiah, kan selama ini kami yang hanya menyampaikan ke masyarakat,” katanya.

Sarasehan yang bertajuk "Mengungkap Tabir Peradaban dan Bencana Katastropik Purba di Nusantara untuk Memperkuat Karakter dan Ketahanan Nasional" akan digelar di Istana Merdeka pada 7 Febuari mendatang dan menghadirkan para ahli yang selama ini telah meneliti Gunung Sadahurip.

Iwan mengatakan, Tim Katastropik salah satunya akan menyimak pemaparan geolog dari ITB, Danny Hilman dan Andang Bachtiar, yang selama ini telah meneliti gunung itu dan telah menarik kesimpulan bahwa di dalamnya ada bangunan piramida.
“Keduanya akan sampaikan penelitian mereka. Akan dibeberkan semua hasil penelitian mereka dengan penjelasan ilmiah,” dia melanjutkan.
Kedua geolog tersebut juga merupakan anggota Tim Katastropik.

Stephen Oppenheimer, penulis buku laris "Eden in the East" dari Inggris yang tertarik dengan keberadaan piramida Sadahurip, dinyatakan juga akan hadir di pertemuan kebudayaan internasional yang diselenggarakan Universitas Indonesia pada Febuari mendatang di Bali. “Dia akan datang dalam pertemuan di Bali, dalam sarasehan nggakdatang,” ujarnya. (kd)

• VIVAnews

Jumat, 06 Januari 2012

Asal Usul Nama Sumatera


Pulau ameh kita jumpai dalam cerita Cindur Mata dari Minangkabau. Dalam cerita rakyat Lampung tercantum nama tanoh mas untuk menyebut pulau mereka yang besar itu. Pendeta I-tsing (634-713) dari Cina, yang bertahun-tahun menetap di Sriwijaya (Palembang) pada abad ke-7, menyebut pulau Sumatera dengan nama chin-chou yang berarti negeri emas.

      Dalam berbagai prasasti, pulau Sumatera disebut dengan nama Sansekerta Swarnadwipa (pulau
emas) atau Swarnabhumi (tanah emas). Nama-nama ini sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Naskah Buddha yang termasuk paling tua, Kitab Jataka, menceritakan pelaut-pelaut India menyeberangi Teluk Benggala ke Swarnabhumi. Dalam cerita Ramayana dikisahkan pencarian Dewi Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Swarnadwipa.

      Para musafir Arab menyebut pulau Sumatera dengan nama Serendib/Suwarandib, transliterasi dari nama Swarnadwipa. Abu Raihan Al-Biruni, ahli geografi Persia yang mengunjungi Sriwijaya tahun 1030, mengatakan bahwa negeri Sriwijaya terletak di pulau Suwarandib. Cuma entah kenapa, ada juga orang yang mengidentifikasi Serendib dengan Srilanka, yang tidak pernah disebut Swarnadwipa.

      Di kalangan bangsa Yunani purba, Pulau Sumatera sudah dikenal dengan nama Taprobana. Nama Taprobana Insula telah dipakai oleh Klaudios Ptolemaios, ahli geografi Yunani abad kedua Masehi, tepatnya tahun 165, ketika dia menguraikan daerah Asia Tenggara dalam karyanya Geographike Hyphegesis. Ptolemaios menulis bahwa di pulau Taprobana terdapat negeri Barousai. Negeri yang dimaksudkan itu adalah Barus di pantai barat Sumatera, yang terkenal sejak zaman purba sebagai penghasil kapur barus.

      Naskah Yunani tahun 70, Periplous tes Erythras Thalasses, mengungkapkan bahwa Taprobana juga dijuluki chryse nesos, yang artinya pulau emas. Sejak zaman purba para pedagang dari daerah sekitar Laut Tengah sudah mendatangi tanah air kita, terutama Sumatera. Di samping mencari emas, mereka mencari kemenyan (Styrax sumatrana) dan kapur barus (Dryobalanops aromatica) yang saat itu hanya ada di Sumatera. Sebaliknya, para pedagang Nusantara pun sudah menjajakan komoditi mereka sampai ke Asia Barat dan Afrika Timur, sebagaimana tercantum pada naskahHistoria Naturalis karya Plini abad pertama Masehi.

      Dalam kitab umat Yahudi, Melakim (Raja-raja), fasal 9, diterangkan bahwa Nabi Sulaiman a.s. raja Israil menerima 420 talenta emas dari Hiram, raja Tirus yang menjadi bawahan beliau. Emas itu didapatkan dari negeri Ophir. Kitab Al-Qur’an, Surat Al-Anbiya’ 81, menerangkan bahwa kapal-kapal Nabi Sulaiman a.s. berlayar ke “tanah yang Kami berkati atasnya” (al-ardha l-lati barak-Na fiha).

      Di manakah gerangan letak negeri Ophir yang diberkati Allah itu? Banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwa negeri Ophir itu terletak di Sumatera! Perlu dicatat, kota Tirus merupakan pusat pemasaran barang-barang dari Timur Jauh. Ptolemaios pun menulisGeographike Hyphegesis berdasarkan informasi dari seorang pedagang Tirus yang bernama Marinus. Dan banyak petualang Eropa pada abad ke-15 dan ke-16 mencari emas ke Sumatera dengan anggapan bahwa di sanalah letak negeri Ophir-nya Nabi Sulaiman a.s.

      Lalu dari manakah gerangan nama “Sumatera” yang kini umum digunakan baik secara nasional maupun oleh dunia internasional? Ternyata nama Sumatera berasal dari nama Samudera, kerajaan di Aceh pada abad ke-13 dan ke-14. Para musafir Eropa sejak abad ke-15 menggunakan nama kerajaan itu untuk menyebut seluruh pulau. Sama halnya dengan pulau Kalimantan yang pernah disebutBorneo, dari nama Brunai, daerah bagian utara pulau itu yang mula-mula didatangi orang Eropa. Demikian pula pulau Lombok tadinya bernama Selaparang, sedangkan Lombok adalah nama daerah di pantai timur pulau Selaparang yang mula-mula disinggahi pelaut Portugis. Memang orang Eropa sering seenaknya saja mengubah-ubah nama tempat. Hampir saja negara kita bernama “Hindia Timur” (East Indies), tetapi untunglah ada George Samuel Windsor Earl dan James Richardson Logan yang menciptakan istilah Indonesia, sehingga kita-kita ini tidak menjadi orang “Indian”.

      Peralihan Samudera (nama kerajaan) menjadi Sumatera (nama pulau) menarik untuk ditelusuri. Odorico da Pardenone dalam kisah pelayarannya tahun 1318 menyebutkan bahwa dia berlayar ke timur dari Koromandel, India, selama 20 hari, lalu sampai di kerajaan Sumoltra. Ibnu Bathutah bercerita dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq(Pengembaraan ke Timur) bahwa pada tahun 1345 dia singgah di kerajaan Samatrah. Pada abad berikutnya, nama negeri atau kerajaan di Aceh itu diambil alih oleh musafir-musafir lain untuk menyebutkan seluruh pulau.

      Pada tahun 1490 Ibnu Majid membuat peta daerah sekitar Samudera Hindia dan di sana tertulis pulau Samatrah. Peta Ibnu Majid ini disalin oleh Roteiro tahun 1498 dan muncullah nama Camatarra. Peta buatan Amerigo Vespucci tahun 1501 mencantumkan nama Samatara, sedangkan peta Masser tahun 1506 memunculkan nama Samatra. Ruy d’Araujo tahun 1510 menyebut pulau itu Camatra, dan Alfonso Albuquerque tahun 1512 menuliskannya Camatora. Antonio Pigafetta tahun 1521 memakai nama yang agak ‘benar’: Somatra. Tetapi sangat banyak catatan musafir lain yang lebih ‘kacau’ menuliskannya: Samoterra, Samotra, Sumotra, bahkan Zamatra dan Zamatora.

      Catatan-catatan orang Belanda dan Inggris, sejak Jan Huygen van Linschoten dan Sir Francis Drake abad ke-16, selalu konsisten dalam penulisan Sumatra. Bentuk inilah yang menjadi baku, dan kemudian disesuaikan dengan lidah kita.


Sumber utama:
Nicholaas Johannes Krom, “De Naam Sumatra”, Bijdragen tot deTaal-, Land-, en Volkenkunde, deel 100, 1941.
William Marsden, The History of Sumatra, Oxford University Press,Kuala Lumpur, cetak ulang 1975.

Sumber Tulisan:
http://irfananshory.blogspot.com/2007_05_01_archive.html (6 April 2009)

Sejarah Paparan Sunda.. Benua SundaLand

Nusantara merupakan sebutan untuk negara kepulauan yang terletak di kepulauan Indonesia saat ini. Catatan bangsa Tionghoa menamakan kepulauan ini dengan Nan-hai yang berarti Kepulauan Laut Selatan. Catatan kuno bangsa India menamainya Dwipantara yang berarti Kepulauan Tanah Seberang, yang diturunkan dari kata Sanskerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang) dan disebut juga dengan Swarnadwiva (pulau emas, yaitu Sumatra sekarang). Bangsa Arab menyebut daerah ini dengan Jaza’ir al-Jawi (Kepulauan Jawa).

Migrasi manusia purba masuk ke wilayah Nusantara terjadi para rentang waktu antara 100.000 sampai 160.000 tahun yang lalu sebagai bagian dari migrasi manusia purba “out of Africa“. Ras Austolomelanesia (Papua) memasuki kawasan ini ketika masih bergabung dengan daratan Asia kemudian bergerak ke timur, sisa tengkoraknya ditemukan di gua Braholo (Yogyakarata), gua Babi dan gua Niah (Kalimantan). Selanjutnya kira-kira 2000 tahun sebelum Masehi, perpindahan besar-besaran masuk ke kepulauan Nusantara (imigrasi) dilakukan oleh ras Austronesia dari Yunan dan mereka menjadi nenek moyang suku-suku di wilayah Nusantara bagian barat. Mereka datang dalam 2 gelombang kedatangan yaitu sekitar tahun 2.500 SM dan 1.500 SM (Wikipedia, 2009).

Bangsa nenek moyang ini telah memiliki peradaban yang cukup baik, mereka paham cara bertani yang lebih baik, ilmu pelayaran bahkan astronomi. Mereka juga sudah memiliki sistem tata pemerintahan sederhana serta memiliki pemimpin (raja kecil). Kedatangan imigran dari India pada abad-abad akhir Sebelum Masehi memperkenalkan kepada mereka sistem tata pemerintahan yang lebih maju (kerajaan).

Kepulauan Nusantara saat ini paling tidak ada 50 populasi etnik yang mendiaminya, dengan karakteristik budaya dan bahasa tersendiri. Sebagian besar dari populasi ini dengan cirri fisik Mongoloid, mempunyai bahasa yang tergolong dalam satu keluarga atau filum bahasa. Bahasa mereka merupakan bahasa-bahasa Austronesia yang menunjukkan mereka berasal dari satu nenek moyang. Sedangkan di Indonesia bagian timur terdapat satu populasi dengan bahasa-bahasa yang tergolong dalam berbagai bahasa Papua.

Pusat Arkeologi Nasional telah berhasil meneliti kerangka berumur 2000-3000 tahun, yaitu penelitian DNA purba dari situs Plawangan di Jawa Tengah dan Gilimanuk Bali. Penelitian itu menunjukkan bahwa manusia Indonesia yang hidup di kedua situs tersebut telah berkerabat secara genetik sejak 2000-3000 tahun lalu. Pada kenyataannya hingga sekarang populasi manusia Bali dan Jawa masih memiliki kekerabatan genetik yang erat hingga sekarang.

Hasil penelitian Alan Wilson tentang asal usul manusia di Amerika Serikat (1980-an) menunjukkan bahwa manusia modern berasal dari Afrika sekitar 150.000-200.000 tahun lampau dengan kesimpulan bahwa hanya ada satu pohon filogenetik DNA mitokondria, yaitu Afrika. Hasil penelitian ini melemahkan teori bahwa manusia modern berkembang di beberapa penjuru dunia secara terpisah (multi origin). Oleh karena itu tidak ada kaitannya manusia purba yang fosilnya ditemukan diberbagai situs di Jawa (homo erectus, homo soloensis, mojokertensis) dan di Cina (Peking Man) dengan perkembangan manusia modern (homo sapiens) di Asia Timur. Manusia purba ini yang hidup sejuta tahun yang lalu merupakan missing link dalam evolusi. Saat homo sapiens mendarat di Kepulauan Nusantara, pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan masih tergabung dengan daratan Asia sebagai sub-benua Sundaland. Sedangkan pulau Papua saat itu masih menjadi satu dengan benua Australia sebagai Sahulland.

Teori kedua yang bertentangan dengan teori imigrasi Austronesia dari Yunan dan India adalah teori Harry Truman. Teori ini mengatakan bahwa nenek moyang bangsa Austronesia berasal dari dataran Sunda-Land yang tenggelam pada zaman es (era pleistosen). Populasi ini peradabannya sudah maju, mereka bermigrasi hingga ke Asia daratan hingga ke Mesopotamia, mempengaruhi penduduk lokal dan mengembangkan peradaban.Pendapat ini diperkuat oleh Umar Anggara Jenny, mengatakan bahwa Austronesia sebagai rumpun bahasa yang merupakan sebuah fenomena besar dalam sejarah manusia. Rumpun ini memiliki sebaran yang paling luas, mencakup lebih dari 1.200 bahasa yang tersebar dari Madagaskar di barat hingga Pulau Paskah di Timur. Bahasa tersebut kini dituturkan oleh lebih dari 300 juta orang. Pendapat Umar Anggara Jenny dan Harry Truman tentang sebaran dan pengaruh bahasa dan bangsa Austronesia ini juga dibenarkan oleh Abdul Hadi WM (Samantho, 2009).

Teori awal peradaban manusia berada di dataran Paparan Sunda (Sunda-Land) juga dikemukan oleh Aryo Santos (2005). Santos menerapkan analisis filologis (ilmu kebahasaan), antropologis dan arkeologis. Hasil analisis dari reflief bangunan dan artefak bersejarah seperti piramida di Mesir, kuil-kuil suci peninggalan peradaban Maya dan Aztec, peninggalan peradaban Mohenjodaro dan Harrapa, serta analisis geografis (seperti luas wilayah, iklim, sumberdaya alam, gunung berapi, dan cara bertani) menunjukkan bahwa sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko. Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun Santos menyimpulkan bahwa Sunda Land merupakan pusat peradaban yang maju ribuan tahun silam yang dikenal dengan Benua Atlantis.

Dari kedua teori tentang asal usul manusia yang mendiami Nusantara ini, benua Sunda-Land merupakan benang merahnya. Pendekatan analisis filologis, antropologis dan arkeologis dari kerajaan Nusantara kuno serta analisis hubungan keterkaitan satu dengan lainnya kemungkinan besar akan menyingkap kegelapan masa lalu Nusantara. Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri peradaban awal Nusantara yang diduga adalah kerajaan Kandis.

Tulisan ini sambungan dari Hipotesis Atlantis Nusantara

Kamis, 05 Januari 2012

Ramalan Kemunculan Kalki & Ramalan Kedatangan Kembali Yesus: Membicarakan Tokoh yang Sama??


     Kitab Weda meramalkan avatara Wishnu yang kesepuluh, Kalki, yang akan muncul pada akhir Kali Yuga. Kitab Wahyu (Revelation), yang merupakan bagian dari Injil, meramalkan bahwa Yesus akan datang kembali. Anehnya, kedua ramalan itu memiliki banyak persamaan. Mungkinkah keduanya membicarakan tokoh yang sama?
     Edisi-edisi terdahulu Newsletter Sanatana Dharma telah menyajikan berbagai ramalan dalam Weda. Dalam edisi ini, marilah sekali lagi kita simak ramalan tentang kemunculan Kalki avatara, yang sering disebut sebagai avatara kesepuluh Sri Wishnu. Kalki avatara diramalkan akan muncul pada akhir jaman Kali Yuga, yang akan mengawali pergantian memasuki jaman baru, yaitu jaman Satya Yuga.
Konsep Waktu dalam Weda Sebelum itu, marilah kita telaah terlebih dahulu kosep waktu (kala) menurut
Weda. 
     Dalam Bhagavad-gita 11.23, Sri Krishna menyatakan : kalo ‘smi loka-ksayakrt “ Aku adalah waktu, Penghancur besar dunia-dunia”. Berbeda dengan konsep waktu di negara-negara Barat yang bersifat linier (garis lurus), kitab-kitab Weda memandang realita alam semesta ini dari sudut pandang perputaran atau siklus waktu yang disebut yuga. Fakta sejarah yang kita alami saat ini hanyalah salah satu bagian dari keseluruhan siklus waktu semesta yang berjalan secara kekal abadi yang dikenal dengan sebutan kala.
     Peristiwa-peristiwa alam disekitar kita memberikan isyarat pembenaran terhadap adanya siklus waktu dalam Weda tersebut. Lihatlah, musim-musim datang secara berulang : hadirnya musim semi, musim panas, musim gugur, musim dingin, diikuti dengan hadirnya kembali musim semi, musim panas, dan seterusnya. Hari-hari dalam seminggu datang berulang : Minggu, Senin….Sabtu,…lalu Minggu, Senin… kembali. Siang hari digantikan oleh malam hari…yang disusul dengan hadirnya siang hari kembali. Bukankah jarum-jarum jam tidak berhenti bergerak setelah semua jarumnya menunjuk angka 12? Semua itu adalah bagian kecil dari siklus yang lebih besar.

bersambung...

Kerajaan Hartharanus = Atlantis = Nusantara?

nemu artikel ini di sebuah forum silat sahabatsilat.com, eh ngak di nyana ada hubungannya dengan Legenda Atlantis dan Sejarah masalalu Indonesia 

Legenda Pangeran Pengampun. 

Bagi para guru sepuh ilmu silat, nama Pangeran Pengampun bukanlah nama yang asing. Tetapi pada saat sekarang mungkin hanya beberapa perguruan ssaja yang masih mengenalkan sosok legendaris Pangeran Pengampun. 

Konon ilmu silat sudah dikenal jauh sebelum agama Hindu dan Buddha masuk ke nusantara. Dimana dibuktikan bahwa di Nusantara ini (sebut saja Pulau Jawa), sudah memiliki peradaban yang sangat tinggi. Banyak fosil manusia tertua didunia ditemukan di daratan pulau Jawa, seperti dimulai dari pithecantrphus eretus sampai ke Mojokerto soloensis. 

Konon di pulau Jawa dalam legenda pernah ada suatu negara atau kerjaan yang sudah menganut faham monotheos. Yang diapit oleh dua Samodra yakni Samudra Hindia dan samudra Pasicik. Negera tersebut disebut negara Hartharanus. Dimana Prabu HeruCakra sebagai rajanya. Pada masa ini bahasa resmi kerajaan bernama bahasa “Ingsun Sabda” yang biasa disebut dengan akronim Sun-Da. Dipercaya bahwa bahasa Sun-Da adalah bahasa kerajaan yang dipakai saat itu. Pulau Jawa adalah merupakan daerah kapital dari kerajaan Hartharanus. Layaknya sebuah bahasa, maka setiap bahasa memeiliki charakter sebagai sarana untuk berkomunikasi tulis. Dalam kenyataanya aksara Sun-Da hingga saat ini masih ada dan dimiliki oleh mereka yang berusaha untuk melestarikan agar tidak punah. Meski mereka sudah tidak bisa membacanya lagi. 

Pangeran Penganpun adalah satu diantara kerabat prabu HeruCakra yang namanya tetap hidup. Sampai saat sekarang. Dimana ilmu yang digelar oleh Pangeran Pengampun adalah ilmu pengharkatan energi yang berbasis pada hubungan urat syarat yang berhubungan dengan setiap ruas tulang manusia. Khususnya Ruas tulang belakang dari mulai tulang ekor sampai dengan tulang tengkorak. Ilmu tersebut dikenal dengan istilah Gelang Naga (Gelang tenaga). Konon dinasti Shambala dari Tibet mempelajari ilmu ini melalui pertukaran budaya pada masa kejayaan Sriwijaya. Yang kemudian dikenal dengan ilmu KalaCakra..

Jelasnya bahwa keilmuan Gelang Naga (gelang tenaga) yang membangkitkan (harkatan /herkaton) energi melalui ring-ring dari disetiap ruas tulang manusia. Dimana setiap disetiap ring ruas tulang terhubung dengan urat syaraf yang berhubungan dengan organ oragn vital manusia. Yang dalam pengertianya jika energi ini mengalami hambatan, maka ada bagian spesifik tubuh yang tidak teraliri oleh energi yang dirasakan sebagai rasa sakit di organ tersebut yang terasa tidak nyaman. 

Masuknya agama Hindhu dan Buddha ke jawa, menyebabkan keilmuan yang berasal dari Pangeran Pengampun semakin maju bahkan beredar keluar pulau Jawa. Namun lafads “Pengampun” sangat sulit diucapkan bagi orang diluar Jawa. Sehingga pemujaan terhadapa Pangeran Pengampun hanyalah terdengar seperti gumanan / lafads yang berbunyi ”Houm houm houm). Demikian pula setelah Nusantara dimasuki agama Islam pemujaan terhadap Pangeran Pengampun disebut sebagai “Waliullah wakil Kesatu”. Dari sekian banyak ilmu hikmah yang diajarkan oleh para Wali banyak menyebutkan Pangeran Pengampun Waliullah wakil kesatu” 

Sehingga secara jelas bahwa “legenda Pangeran Pengampun” tetap hidup dimulai dari zaman Pra Hindu Budha sampai saat sekarang. Sosok Pangeran Pengampun adalah tokoh yang tidak masuk dalam catatan sejarah dan namanya hidup dimasyarakat maka beliau menjadi tokoh legenda. Akan tetapi bagi mereka yangmempelajari ilmu-ilmu hikmah akan menemui sebutan “Pangeran Pengampun waliullah wakil kesatu” didalam mantra2 tertentu. 

Di tatar Sunda (parahiangan), dipercaya bahwa Pangeran Pengampun pernah hidup di Bantar Kawung Cianjur Jawa barat. Sedangkan di Jawa Tengah Pangeran Pengampun dipercaya pernah hidup di masa kerajaan Hartharnus. Dan dihormati namanya oleh para Wali dengan sebutan Waliullah wakil Kesatu yang artinya Wakil yang berkaromah yang berkedudukan diatas para wali. 

Kesimpulan sementara: Pertama. Bahwa di pulau Jawa ada bahasa kesatuan yang disebut Bahasa Sun-da (bahasa Ingsun Sabda). Kedua. Keilmuan tentang energi berkaitan dengan energi yang memancar / merambat dari settiap ruas tulang manusia khususnya ruas ruas tulang punggung. mengalir melalui urat syarat menuju organ organ tubuh yang vital. Ketga: banyak versi tentang legenda Pangeran Pengampun yang beredar di masyarakat. Keempat. Negara Hartharanus jika dibaca dari belakang menjadi Nusantara. Kelima. Dalam spelling orang Barat kata Hartharnus menjadi Atlantis. Yang dipercaya oleh orang Barat sebagai benua yang hilang dan benua yang memiliki peradaban sangat tinggi.
Sumber:
http://atlantis-lemuria-indonesia.blogspot.com/2009/12/kerajaan-hartharanus-atlantis-nusantara.html

Menguak Sejarah Alternatif Nusantara


"Ingin membangkitkan kejayaan masa atlantis yang diyakini bukan di wilayah dekat Eropa, melainkan di NUSANTARA."
BUBARKAN INDONESIA
BEBASKAN NUSANTARA
BENTUK NEGARA KELIMA!!! 
... akhirnya ... dengan berbagai penafsiaran, mereka dapat menemukan titik kapan dan di mana akan mendeklarasikan negara kelima
Aku menemukan buku ini pada deretan buku laris di gramedia plasa semanggi. pada awalnya, aku menganggap novel ini hanya akan bercerita tentang sebuah realitas pembunuhan serta delik dan pola pengungkapan. ternyata negara kelima jauh dari itu.sangat provokatif dan menggugah semangat muda! ada baiknya lewat forum ini
aku berbagi cerita tentang novel ini. aku berani menyabutnya sebagai, Petualangan Sejarah dalam Kegelisahan dan Harapan "menjanjikan ketegangan yang tiada habis, mengalir deras, berkelok-kelok, penuh kejutan, spekulatif, penuh intrik dan narasinya yang tidak terduga"
Demikian penilaian yang diberikan oleh kritikus sastra Maman S Mahayana pada cover depan novel terbitan Serambi ini. Penilaian yang saya -pribadi kurang sepakati sepenuhnya. Terlalu dangkal rasanya apabila menilai novel ini, hanya dari konflik dan alur ceritanya. Sebab jauh dari yang kita bayangkan â€"ketika melihat cover dan pengantarnya, novel ini menyajikan sebuah penelusuran identitas dan pesan yang luar biasa.
Bubarkan Indonesia
Bebaskan Nusantara
Bentuk Negara Kelima
Pesan itu muncul dalam sebuah gelombang teror cyber yang dilakukan oleh sebuah kelompok yang menamakan dirinya kelompok patriotik. Tidak lama berselang terjadi rentetan pembunuhan. Dimulai dengan terbunuhnya puteri perwira polisi yang menjadi komandan Detsus Antiteror Polda Metro Jaya "yang juga memimpin tim untuk memburu kelompok patrotik. Pesan dari pembunuh ditinggalkan dalam bentuk goresan darah membentuk piramid dengan belahan diagonal pada bagian tengahnya.
Perburuan pun dimulai, tetapi rentetan pembunuhan tidak kunjung berhenti. Identifikasi kasus melibatkan seorang sejarawan senior yang telah lama berkutat dengan masalah simbol dan tanda dari masa silam. Interogasi yang dilakukan terhadap orang-orang yang disinyalir terlibat dalam kelompok patriotik itu hanya menambah kebingungan. Mereka hanya memberikan jawaban dalam bentuk teka-teki tentang negara kelima yang dijanjikan. Dimulai dengan narasi teka-teki negara pertama hingga keempat yang pernah terwujud di daratan nusantara.
Solon membawa berita
Plato membuat cerita
Sejarah mencari asalnya
Satu satu kosong kosong kosong terlalu lama
Teka-teki negara pertama yang keluar dari mulut tahanan menjadi tabir awal untuk memecahkan kasus ini. Seorang perwira pertama polisi, Inspektur Satu Timur Mangkuto ditetapkan menjadi tersangka utama rentetan kasus pembunuhan. Sekaligus ia dituduh terlibat dalam kelompok yang disebut polisi sebagai Kelompok Patriotik Radikal (Keparad). Tuduhan yang membuat anak muda itu melarikan diri dan berusaha untuk memecahkan sendiri teka-teki ini. Penemuan sebuah identitas dari masa lalu. Itulah yang terjadi ketika Timur Mangkuto bersama dengan Eva Duani, seorang sejarawan mulai menguak teka-teki Keparad. Kelompok itu mencita-citakan sebuah negara yang akan mengulangi kejayaan Atlantis pada masa sebelas ribu tahun yang silam.
Sebuah fakta yang baru ditemukan ketika mereka mempelajari kitab Timaues and Critias karangan Plato "satu-satunya sumber otentik yang menceritakan benua Atlantis.
Atlantis, sebelas ribu tahun yang lalu, berada di kawasan Nusantara kuno. Itulah fakta yang mereka temukan. Lengkap dengan bukti dan teori yang dipaparkan oleh sejarawan senior lulusan Sorbonne, Profesor Duani Abdullah. Dengan rapi, ES Ito menjalin rentetan cerita ini dengan mengembangkan berbagai teori yang pernah ada. Sebuah benda bernama serat ilmu "dengan bentuk piramid dengan belahan diagonal pada bagian alasnya- yang pada masa Atlantis disebut sebagai pillar Orichalcum, menjadi objek pencarian dari kelompok patriotik yang membawa mereka pada pengembaraan menuju daerah-daerah yang (sengaja ) dilupakan oleh sejarah Indonesia modern.
Jenius!
Kemampuan ES Ito untuk menghubungkan tiap plot cerita sungguh luar biasa. Penulis muda "yang menyembunyikan identitasnya itu, dengan gemilang menghubungkan antara kitab Timaes and Critias Plato dengan Tambo Adat Alam Minangkabau. Ia berhasil menjadikan sebuah mitologi "seolah menjadi jembatan fakta yang menghubungkan dua plot sejarah lewat penaklukan Iskandar Agung yang disebut-sebut dalam Tambo Minangkabau sebagai cikal bakal orang Minang.
Dengan jembatan itu, alur sejarah dikembangkan hingga Indonesia modern. Sampai pada akhirnya lima buah teka-teki itu bisa dijawab dengan tuntas. Saya terbius oleh novel ini, bukan saja karena kejeniusan pengarangnya dalam merangkai setiap plot sejarah menjadi jalinan cerita dan teka-teki yang menarik. Tetapi lebih dari itu, pengarang ini memiliki dua hal sekaligus yang amat langka saat ini, kecerdasan yang ditopang oleh keberanian. Bukan saja memaparkan sejarah dengan luar biasa, ES Ito juga berani untuk mengkritisinya bahkan pada beberapa hal mencibir habis beberapa fakta sejarah yang ia mainkan begitu saja. Begitu juga dengan lembaga kepolisian, ES Ito tidak hanya memaparkan sebuah cerita detektif, tetapi juga memberikan kritik pedas pada pola dan kinerja mereka.
"anak muda adalah kegelisahan, derap langkahnya adalah perubahan" Lebih dari semua itu, novel ini sarat dengan gagasan dan semangat muda. Mimpi-mimpi anak muda terbalut rapi oleh sebuah semangat menghadapi generasi tua yang korup dan generasi muda sampah. Ide-ide pada Negara Kelima mengingatkan kita pada mimpi-mimpi generasi bunga, 1968. Suatu masa ketika anak muda melihat segalanya mungkin. Dimana kontradiksi-kontradiksi dimunculkan sebagai simbol dan semangat generasi mereka. Sebuah pencarian identitas di tengah kegamangan menatap dunia.
Negara Kelima, terlepas dari kekurangannya pada beberapa hal, terutama masalah editing. Memberikan angin segar di tengah stagnansi ide pembaruan anak muda. ES Ito -anak muda kelahiran tahun delapan puluh satu itu, masih sangat muda. Ia telah membuka ruang untuk mimpi-mimpi besar dari generasi tanpa identitas. Lewat Negara Kelima ini, ES Ito telah menyumbangkan satu hal pada generasinya yaitu identitas sejarah. Dan identitas itu telah ia temukan.
Tidak salah pada bagian akhir tulisan ini, saya kutip petikan akhir pada novel "Nusantara ini bukan sekedar serpihan bekas kolonial Belanda! Nusantara kita mungkin lebih tua dari negeri-negeri utara. Hegemoni utara yang membuat negeri-negeri selatan menjadi kerdil dan lupa akan sejarah panjang mereka"
sumber:
http://toko.serambi.co.id

Sejarah Nusantara : Sebuah Narasi Alternatif


Oleh Timmy Hartadi
Banyak sekali penafsiran umum akan nama Nusantara, mungkin yang paling populer adalah rujukan penamaan Nusantara yang dapat diakses di situs wikipedia, di sana disebutkan bahwa ‘Nusantara merupakan istilah yang dipakai oleh orang Indonesia untuk menggambarkan wilayah kepulauan Indonesia dari Sabang sampai Merauke’; pertanyaannya, apakah hanya sebatas itu sajakah wilayah Nusantara dulu?
Candi Penataran
Nusa sendiri sering diartikan dengan pulau atau kepulauan, penamaan dari leluhur kita dahulu dalam bahasa sansekerta, sedang dalam bahasa sansekerta dengan peradaban yang lebih lama, istilah Nusa disebut dengan Nuswa.
Hasil dari penelitian kita terhadap beberapa rontal kuno dan beberapa prasasti, Nuswantara [atau Nusantara, selanjutnya kita bahasakan dengan Nusantara] adalah gabungan dari dua kata, Nusa dan Antara. Nusa sendiri dalam bahasa sansekerta kuno mempunyai arti “sebuah tempat yang dapat ditinggali” …jadi tidak disebutkan secara jelas bahwa itu adalah pulau.
Konsepsi dari Nusantara sendiri adalah sebuah kesatuan wilayah yang dipimpin oleh suatu pemerintahan [kerajaan] secara absolut. Jadi dalam Nusantara terdapat satu Kerajaan Induk dengan puluhan bahkan ratusan kerajaan yang menginduk [bedakan menginduk dengan jajahan]. Dalam sebuah periodesasi jaman, Kerajaan induk itu mempunyai seorang pimpinan [raja] dengan kewenangannya yang sangat absolut, sehingga kerajaan-kerajaan yang menginduk sangat hormat dan loyal kepada Kerajaan Induk dan satu sama lain antara kerajaan yang menginduk akan saling bersatu dalam menghadapi ancaman keamanan dari negara-negara di luar wilayah Nusantara, sehingga tak pelak kesatuan dari Nusantara sangat disegani, dihormati dan ditakuti oleh negara-negara lain pada jaman dahulu.
Kerajaan Induk biasanya dipimpin oleh seorang raja dengan gelar Sang Maha Prabu atau Sang Maha Raja, atau pada periode jaman sebelumnya dengan Sang Rakai atau Sang Mapanji, serta dibantu oleh Patih [sekarang setara dengan Perdana Menteri] yang bergelar Sang Maha Patih.
Sedangkan kerajaan-kerajaan yang menginduk, istilah Kerajaan juga seringkali disebut dengan Kadipaten yang dipimpin oleh raja yang bergelar Kanjeng Prabu Adipati atau Kanjeng Ratu Adipati [apabila dipimpin oleh seorang raja wanita], dan Patih-nya bergelar Sang Patih.
Pimpinan Kerajaan Induk tidaklah selamanya turun-temurun, tidak tergantung dari besar-kecilnya wilayah, tapi dilihat dari sosok pimpinannya yang mempunyai kharisma sangat tinggi, kecakapannya dalam memimpin negara dan keberaniannya dalam mengawal Nusantara, sehingga negara-negara lain [kerajaan yang menginduk/Kadipaten] akan dengan suka rela menginduk di bawah sang pemimpin, apalagi sang pemimpin biasanya dianggap mewarisi karisma dari pada dewa, dalam pewayangan-pun beberapa nama raja disebutkan sebagai Dewa sing ngejawantah.
Nusantara, atau Indonesia kini [dari bahasa melayu dan pengembangan penamaan wilayah nusantara pada jaman masa kolonial], dahulu dikenal dunia sebagai bangsa yang besar dan terhormat. Orang luar bilang Nusantara adalah “jamrud khatulistiwa” karena di samping Negara kita ini kaya akan hasil bumi juga merupakan Negara yang luar biasa megah dan indah.
Bahkan di dalam pewayangan, Nusantara ini dulu diberikan istilah berbahasa kawi/Jawa kuno, yaitu :
“Negara kang panjang punjung pasir wukir, gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerto raharja”
Artinya dalam bahasa Indonesia kurang lebih yaitu :
“Luas berwibawa yang terdiri atas daratan dan pegunungan, subur makmur, rapi tentram, damai dan sejahtera“
Sehingga tidak sedikit negara-negara yang dengan sukarela bergabung di bawah naungan bangsa kita.
Hal ini tentu saja tidak lepas peranan dari leluhur-leluhur kita yang beradat budaya dan berakhlak tinggi. Di samping bisa mengatur kondisi Negara sedemikian makmur, leluhur kita juga bahkan dapat mengetahui kejadian yang akan terjadi di masa depan dan menuliskannya ke dalam karya sastra. Hal ini bertujuan sebagai panduan atau bekal anak cucunya nanti supaya lebih berhati-hati menjalani roda kehidupan.
Akan tetapi penulisannya tidak secara langsung menggambarkan berbagai kejadian di masa mendatang, digunakanlah perlambang sehingga kita harus jeli untuk dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan perlambang itu tadi. Digunakannya perlambang karena secara etika tidaklah sopan apabila manusia mendahului takdir, artinya mendahului Tuhan yang Maha Wenang.
Leluhur kita yang menuliskan kejadian masa depan adalah Maharaja di Kerajaan Dahana Pura bergelar Sang Mapanji Sri Aji Jayabaya dalam karyanya Jayabaya Pranitiradya dan Jayabaya Pranitiwakyo. Sering juga disebut “Jangka Jayabaya” atau oleh masyarakat sekarang dikenal dengan nama “Ramalan Jayabaya”, sebetulnya istilah ramalan kuranglah begitu tepat, karena “Jangka Jayabaya” adalah sebuah Sabda, Sabda Pandhita Ratu dari Sang Mapanji Sri Aji Jayabaya, yang artinya adalah akan terjadi dan harus terjadi.
Leluhur lainnya adalah R. Ng. Ranggawarsita yang menyusun kejadian mendatang ke dalam tembang-tembang, antara lain Jaka Lodang, Serat Kalatidha, Sabdatama, dll.
Kaitannya dengan penanggalan jaman yang ada di Jangka Jayabaya, kita berhasil menemukan bahwa sejarah Nusantara tidak sekerdil sejarah yang tertulis di buku-buku pelajaran sejarah sekolah yang resmi atau literasi sejarah yang ada. Bahkan lebih dari itu, kami menemukan bukti tentang kebesaran leluhur Nusantara yang di peradaban-peradaban sebelumnya mempunyai wilayah yang lebih besar dari yang kita duga selama ini.
Data yang diperoleh terdapat di beberapa relief dan prasasti yang dapat dilihat dan dimengerti oleh semua orang. Pola pembacaan yang telah berhasil dipetakan dengan mendokumentasikan lebih dari 20 jenis aksara purba asli Nusantara yang dapat dipakai untuk membaca prasasti dan rontal-rontal kuno, mulai dari Aksara Pra Budi Ratya, Pudak Sategal, Sastra Gentayu, Sastra Wiryawan, Sastra Budhati, Sastra Purwaresmi, Aksara Pajajaran, Aksara Hendra Prawata, Aksara Jamus Kalihwarni, Aksara Keling, Aksara Budha yang ada di Magelang, Aksara Nagari Mojopoit, dll. Sebagai bahan perbandingan, aksara Pallawa yang ada di India itu masih setara dengan jaman Kerajaan Singasari, jadi masih terhitung sangat muda.
kembali ke Jangka Jayabaya, telah berhasil dipetakan periodesasi terciptanya bumi sampai ke titik akhir menjadi 3 Jaman Kali [Jaman Besar] atau Tri Kali, dan setiap Jaman Kali terbagi menjadi 7 Jaman Kala [Jaman Sedang] atau Sapta Kala, dan 1 Jaman Kala terbagi menjadi 3 Mangsa Kala [Jaman Kecil] atau Mangsa Kala, serta berhasil mengurutkan sejarah kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara yang mayoritas telah dihilangkan dari sejarah resmi.
Tri Kali atau 3 Jaman Besar itu terdiri dari :
1. Kali Swara – jaman penuh suara alam
2. Kali Yoga – jaman pertengahan
3. Kali Sangara – jaman akhir
Masing-masing Jaman Besar berusia 700 Tahun Surya, suatu perhitungan tahun yang berbeda dengan Tahun Masehi maupun Tahun Jawa, perhitungan tahun yang digunakan sejak dari awal peradaban. Konversi setiap Jaman Besar [Kali] masing-masing berbeda], saat ini yang telah berhasil dikonversikan adalah penghitungan Kali Sangara [jaman akhir], di mana 1 [satu] Tahun Surya setara dengan 7 Tahun Wuku, satu tahun Wuku terdiri dari 210 hari yang berarti 1 [satu] Tahun Surya pada jaman besar Kali Sangara itu sama dengan 1.470 hari.
Berikut adalah uraian tentang pembagian jaman disertai dengan silsilah Kerajaan-kerajaan Besar [Kerajaan Induk] di Nusantara mulai dari jaman Kali Swara, Kali Yoga, sampai Kali Sangara.
1. Kali Swara [ jaman penuh suara alam ]
Dibagi atas 7 Jaman Sedang [saptakala], yaitu :
1.1. Kala Kukila [burung]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
1.1.1 Mangsa Kala Pakreti [mengerti]
1.1.2 Mangsa Kala Pramana [waspada]
1.1.3 Mangsa Kala Pramawa [terang]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Kukila :
Keling, Purwadumadi, Purwacarita, Magadha, Gilingwesi, Sadha Keling
1.2. Kala Budha [mulai munculnya kerajaan]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
1.2.1 Mangsa Kala Murti [kekuasaan]
1.2.2 Mangsa Kala Samsreti [peraturan]
1.2.3 Mangsa Kala Mataya [manunggal dengan Sang Pencipta]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Budha :
Gilingwesi, Medang Agung, Medang Prawa, Medang Gili/Gilingaya, Medang Gana, Medang Pura, Medang Gora, Grejitawati, Medang Sewanda
1.3. Kala Brawa [berani/menyala]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
1.3.1 Mangsa Kala Wedha [pengetahuan]
1.3.2 Mangsa Kala Arcana [tempat sembahyang]
1.3.3 Mangsa Kala Wiruca [meninggal]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Brawa :
Medang Sewanda, Medang Kamulyan, Medang Gili/Gilingaya
1.4. Kala Tirta [air bah]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
1.4.1 Mangsa Kala Raksaka [kepentingan]
1.4.2 Mangsa Kala Walkali [tamak]
1.4.3 Mangsa Kala Rancana [percobaan]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Tirta : Purwacarita, Maespati, Gilingwesi, Medang Gele/Medang Galungan
1.5. Kala Rwabara [keajaiban]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
1.5.1 Mangsa Kala Sancaya [pergaulan]
1.5.2 Mangsa Kala Byatara [kekuasaan]
1.5.3 Mangsa Kala Swanida [pangkat]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Rwabara :
Gilingwesi, Medang Kamulyan, Purwacarita, Wirata, Gilingwesi
1.6. Kala Rwabawa [ramai]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
1.6.1 Mangsa Kala Wibawa [pengaruh]
1.6.2 Mangsa Kala Prabawa [kekuatan]
1.6.3 Mangsa Kala Manubawa [sarasehan/ pertemuan]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Rwabawa :
Gilingwesi, Purwacarita, Wirata Anyar
1.7. Kala Purwa [permulaan]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
1.7.1 Mangsa Kala Jati [sejati]
1.7.2 Mangsa Kala Wakya [penurut]
1.7.3 Mangsa Kala Mayana [tempat para maya/ Hyang]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Purwa :
Wirata Kulon [Matsyapati], Hastina Pura
2. Kali Yoga [ jaman pertengahan ]
Dibagi atas 7 Jaman Sedang [saptakala], yaitu :
2.1. Kala Brata [bertapa]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
2.1.4 Mangsa Kala Yudha [perang]
2.1.5 Mangsa Kala Wahya [saat/waktu]
2.1.6 Mangsa Kala Wahana [kendaraan]
Kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Purwa : Hastina Pura
2.2. Kala Dwara [pintu]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
2.2.1 Mangsa Kala Sambada [sesuai/ sepadan]
2.2.2 Mangsa Kala Sambawa [ajaib]
2.2.3 Mangsa Kala Sangkara [nafsu amarah]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Dwara :
Hastina Pura, Malawapati, Dahana Pura, Mulwapati, Kertanegara
2.3. Kala Dwapara [para dewa]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
2.3.1 Mangsa Kala Mangkara [ragu-ragu]
2.3.2 Mangsa Kala Caruka [perebutan]
2.3.3 Mangsa Kala Mangandra [perselisihan]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Dwapara :
Pengging Nimrata, Galuh, Prambanan, Medang Nimrata, Grejitawati
2.4. Kala Praniti [teliti]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
2.4.1 Mangsa Kala Paringga [pemberian/kesayangan]
2.4.2 Mangsa Kala Daraka [sabar]
2.4.3 Mangsa Kala Wiyaka [pandai]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Praniti :
Purwacarita, Mojopura, Pengging, Kanyuruhan, Kuripan, Kedhiri, Jenggala, Singasari
2.5. Kala Teteka [pendatang]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
2.5.1 Mangsa Kala Sayaga [bersiap-siap]
2.5.2 Mangsa Kala Prawasa [memaksa]
2.5.3 Mangsa Kala Bandawala [perang]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Teteka :
Kedhiri, Galuh, Magada, Pengging
2.6. Kala Wisesa [sangat berkuasa]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
2.6.1 Mangsa Kala Mapurusa [sentosa]
2.6.2 Mangsa Kala Nisditya [punahnya raksasa]
2.6.3 Mangsa Kala Kindaka [bencana]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Wisesa :
Pengging, Kedhiri, Mojopoit [Majapahit]
2.7. Kala Wisaya [fitnah]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
2.7.1 Mangsa Kala Paeka [fitnah]
2.7.2 Mangsa Kala Ambondan [pemberontakan]
2.7.3 Mangsa Kala Aningkal [menendang]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Wisaya :
Mojopoit, Demak, Giri
3. Kali Sangara [ jaman akhir ]
Dibagi atas 7 Jaman Sedang [saptakala], yaitu :
3.1. Kala Jangga
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
3.1.1 Mangsa Kala Jahaya [keluhuran]
3.1.2 Mangsa Kala Warida [kerahasiaan]
3.1.3 Mangsa Kala Kawati [mempersatukan]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Jangga :
Pajang, Mataram
3.2. Kala Sakti [kuasa]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
3.2.1 Mangsa Kala Girinata [Syiwa]
3.2.2 Mangsa Kala Wisudda [pengangkatan]
3.2.3 Mangsa Kala Kridawa [perselisihan]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Sakti :
Mataram, Kartasura
3.3. Kala Jaya
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
3.3.1 Mangsa Kala Srenggya [angkuh]
3.3.2 Mangsa Kala Rerewa [gangguan]
3.3.3 Mangsa Kala Nisata [tidak sopan]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Jaya :
Kartasura, Surakarta, Ngayogyakarta
3.4. Kala Bendu [hukuman/musibah]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
3.4.1 Mangsa Kala Artati [uang/materi]
3.4.2 Mangsa Kala Nistana [tempat nista]
3.4.3 Mangsa Kala Justya [kejahatan]
Kerajaan-kerajaan Induk Nusantara pada Jaman Sedang Kala Jaya :
Surakarta, Ngayogyakarta, Indonesia [Republik]
3.5. Kala Suba [pujian]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
3.5.1 Mangsa Kala Wibawa [berwibawa/berpengaruh]
3.5.2 Mangsa Kala Saeka [bersatu]
3.5.3 Mangsa Kala Sentosa [sentosa]
3.6. Kala Sumbaga [terkenal]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
3.6.1 Mangsa Kala Andana [memberi]
3.6.2 Mangsa Kala Karena [kesenangan]
3.6.3 Mangsa Kala Sriyana [tempat yang indah]
3.7. Kala Surata [menjelang jaman akhir]
Dibagi atas 3 Jaman Kecil [mangsa kala] :
3.7.1 Mangsa Kala Daramana [luas]
3.7.2 Mangsa Kala Watara [sederhana]
3.7.3 Mangsa Kala Isaka [pegangan]
Metode penelitian dan penelusuran yang digunakan selama ini adalah dengan mengkompilasikan studi literasi pada relief-relief, prasasti-prasasti serta rontal-rontal kuno yang dipadukan dengan Sastra Cetha, sastra yang tidak tersurat secara langsung. Sastra Cetha sendiri adalah sebuah informasi tak terbatas yang sudah digambarkan oleh alam semesta secara jelas, begitu jelasnya sehingga sampai tidak dapat terlihat kalau kita menggunakan daya penangkapan yang terlalu tinggi dan rumit :-)
Belajar dari tanah sendiri, belajar dari ajaran leluhur Nusantara sendiri, belajar banyak dari alam semesta, di mana bumi diinjak, di situ langit dijunjung.
Timmy Hartadi – Turangga Seta
Yogyakarta | Wuku Medhangkungan
Selasa Pahing 15 Desember 2009
Disampaikan pada diskusi Jelajah Nusantara
MCR, Yogyakarta | Selasa 15 Desember 2009
Sumber: http://www.facebook.com/notes/sohirin-disainer/sejarah-panjang-nusantara-sejarah-nusantara-sebuah-narasi-alternatif/392949485721

Pacitan, Ibukota Prasejarah Dunia

INILAH.COM, Pacitan - Meski secara geografis Kabupaten Pacitan wilayah marjinal, tapi tidak demikian dengan arkeologinya. Di wilayah ini ditemukan bengkel manusia purba terbesar dari kebudayaan paleolitik. 

Sekitar tahun 1935, dua warga asing Gustav Heinrich Ralph von Koeningswald, paleontolog dan geolog dari Jerman dan M.W.F. Tweedie menemukan situs Kali Bak Sooka. 

Situs itu merupakan bengkel manusia purba terbesar dari kebudayaan Paleolitik atau lebih dikenal sebagai budaya Pacitanian.

Dari data Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga setempat (Disbudparpora), paling tidak terdapat 261 lokasi situs prasejarah. Baik yang sudah diekplorasi maupun baru sebatas tahapan survey. 

Diperkirakan masih ada jutaan artefak prasejarah terkubur di lokasi situs tersebut. 

Besarnya perkiraan jumlah artefak mengacu pada temuan Gustav Heinrich Ralph von Koeningswald di satu lokasi, situs Kali Bak Sooka, Kecamatan Punung. 

Sedikitnya, 3.000 artefak telah berhasil dikumpulkan. “Tak salah jika kemudian Pacitan disebut sebagai Ibukota Prasejarah Dunia,” ujar salah satu staf Disbudparpora, Johan Perwiranto. 

Meski sudah ditemukan sejak lama, upaya penggalian intensif baru dilakukan kembali mulai tahun 1992. Tim dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) yang dipimpin Harry Truman Simanjuntak menemukan 13 kilogram batu rijang dan sejumlah alat pangkas di situs Song Keplek. 

Tiga tahun berselang, tim arkeolog dipimpin warga negara Prancis, Francois Semah ikut bergabung. Tidak itu saja, pada penggalian di situs purbakala lainnya, Song Terus tim mendapati kerangka manusia purba dari ras Austrialid yang hidup sekitar 12.000 tahun sebelum masehi. 

Ketika ditemukan, kerangka manusia purba berjenis kelamin perempuan itu dalam posisi terlipat menghadap dinding goa dan disangga beberapa batu. 

Ditangannya memegang peralatan dari batu. Satu lagi kerangka juga ditemukan tetapi rasnya berbeda, yaitu dari ras Mongoloid. 

Memang, jika dibandingkan dengan penemuan di Ngawi dan Sangiran, temuan fosil manusia purba di Pacitan kalah banyak. Tetapi, dari segi peralatan unggul. 

Berbagai macam peralatan sebagian besar bisa ditemukan di wilayah Kecamatan Punung. Mulai kapak genggam, kapak perimbas, kapak penetak, mata panah, serut, alat-alat dari tulang (spatula) dan lain sebagainya. 

Selain di situs Kali Bak Sooka, peralatan juga ditemukan di situs Sungai Banjar, Sungai Karasan, Sungai Jatigunung (Tulakan) dan Kedung Gamping. 

Ciri-ciri kapak genggam dari budaya Pacitanian di antaranya terdapat pangkasan di kedua sisi. Pangkasan itu menciptakan bentuk yang simetris poros dan dua sisinya retus menyeluruh, menurut keadaan serta bentuknya yang menonjol. 

Sedangkan kapak perimbas dikenali dari bentuk tajam hanya pada satu sisi dan digunakan untuk keperluan sehari-hari. Tak hanya di situs Kali Bak Sooka, bengkel besar peralatan ditemukan pula di situs Ngrijangan, Desa Sooka. 

Di situs ini, para arkelog telah mengidentifikasi berbagai jenis beliung. Seperti, kapak persegi, kapak corong, kubur persegi, pahat neolitik dan serut. Situs Ngrijangan oleh para ahli Arkeolog disinyalir sebagai bengkel beliung pada masa neolitikum. 

Sementara itu, di situs Blawong Desa Mantren ditemukan bengkel mata anak panah. 

Kini, berbagai macam benda prasejarah maupun peralatan kuno tersebut masih bisa dilihat di Museum Buwono Keling. Meski jumlahnya tidak banyak, paling tidak suguhan koleksi bisa menambah wawasan dan pengetahuan. 

Khususnya bagi para pelajar maupun mahasiswa yang menempuh studi kearkeologian.[beritajatim.com]

Jeniusnya Anak-anak Nusantara



Disini kita akan paham, kenapa visi "
Nusantara Jaya" bisa terjadi, dan bagaimana Nusantara, bisa jadi bangsa terunggul di dunia. Anda mungkin belum tahu, bahwa banyak anak-anak Nusantara, termasuk dari Papua yang memiliki kecerdasan super-genius setara Einsteindengan IQ rata-rata diatas 150. Dan bahwa banyak putra-putra terbaik Indonesia berada di pusat-pusat sains dan teknologi terunggul di dunia. Ini bukan impian, ini kenyataan yang akan terjadi. Selamat menikmati.


Pemuda Indonesia Pada 80 Tahun “Sumpah Pemuda”
28 Oktober 1908 – 28 Oktober 2008
Oleh : Ishadi, SK*


Jumat pagi tanggal 18 Juli lalu saya berkesempatan breakfast meeting dengan Prof. Yohanes Surya Ph.D., yang memperkenalkan program Tim Olympiade Fisika Indonesia (TOFI), sebuah usaha untuk menetaskan juara fisika, di panggung dunia. Usahanya didorong obsesi untuk suatu ketika tampil seorang pemenang Nobel Fisika dari Indonesia.
Bukan hanya mimpi, karena seorang mahasiswa jurusan Fisika ITB,Anike Nelce Bowaire (dari Papua ; red), memperoleh penghargaan First to Nobel Prize in Physic 2005 dalam Kejuraan Fisika Dunia di Amerika. Anike sekarang belajar di MIT – Massachusetts Institute OfTechnology di A.S., Universitas yang melahirkan paling banyak pemenang Nobel dunia. Anike adalah anak didik Prof. Dr. Yohanes yang mengikuti Program Olympiade Fisika Nasional sebuah program pelatihan khusus untuk anak-anak berbakat di Indonesia.

Menurut dia, Indonesia memerlukan paling tidak 10,000 orang yang memiliki keahlian “advance In science and technology” sebagai persyaratan dasar sebuah bangsa untuk mengembangkan diri sejajar dengan bangsa-bangsa maju di dunia. Sekarang ini baru sekitar 100 orang yang tercatat memiliki keahlian dibidang itu, padahal berdasarkan uji statistik rata rata terdapat seorang genius diantara setiap 10.000 orang di dunia. Karena Indonesia berpenduduk 230 juta secara teoritis paling tidak seharusnya terdapat 230,000 orang jenius di Indonesia! Sebuah potensi besar untuk menemukan para ahli di bidang “Advance Science and Technology”.
Kejeniusan seseorang diukur tingkat IQ-nya yang minimal 140, dan tidak mempunyai korelasi dengan standard gizi yang dikonsumsi sehari-hari. Jenius adalah sebuah bakat alam yang ada sejak dilahirkan. Masalahnya adalah sebagian terbesar anak-anak jenius ini tidak diolah, dilatih dan dididik secara proper. Jenius hanyalah potensi dasar.
Sebagai contoh, bulan September 2004, Andrey Awoitau, murid SMP kelas 1 di Papua ditemukan mempunyai bakat jenius. Oleh Prof. Yohanes, kemudian mebawanya ke Jakarta. Setelah dilatih secara khusus selama 8 bulan, Andrey diikutkan pada kompetisi Olympiade Matematika Indonesia dan memperoleh Medali Perak. Delapan bulan berikutnya lewat berbagai pelatihan lanjutan, Andrey memperoleh Medali Emas dengan mengalahkan Ivan Christanto – Juara Dunia Olympiade Matematika.

Bulan Agustus 2005, Prof. Yohanes melakukan penelitian acak diantara 27 SMU Negeri dan 17 SMU Swasta di Jakarta. Hasilnya dari 1,500 siswa yang diteliti, 300 siswa mempunyai IQ 140, dari jumlah itu 44 siswa memiliki IQ 150 – melewati tingkat jenius. Ahli fisika dunia Albert Einstein penemu teori relativitas memiliki IQ 150. Sedangkan Prof. Dr. Wiryono Karyo, Sekjen Departmen Energi dan Sumber Daya Mineral mempunyai IQ 170.
Bulan November 2005, Prof. Yohanes lewat penelitian lain terhadap 400 siswa SMA kelas 1 Kabupaten Toba, Samosir, menemukan 6 orang dengan IQ 150 – super jenius. Sejak program TOFI (Tim Olympiade Fisika Indonesia) diluncurkan tahun 1993, pelajar binaannya sudah merebut 54 medali emas, 33 medali perak dan 42 medali perunggu di berbagai kompetisi Matematika/Fisika Internasional.
Jumlah ini bertambah ketika 3 minggu lalu TOFI memperoleh 2 medali Emas, 2 medali Perak dan 1 medali Perunggu pada International Physics Olympiad ke-39 di Hanoi, Vietnam. Sebelumnya Kelvin Anggara (SMU Sutomo, Medan) untuk pertama kalinya dalam sejarah memperoleh medali emas di Olympiade Kimia Internasional di Budapest (12-21 Januari 2008).
Yang paling terkenal, Yonatan Mailoa, siswa kelas 3 SMA Penabur BPK (IQ 153) yang pada bulan Juni 2006, merebut Medali Emas Fisika Dunia, setelah memenangkan kompetisi yang diikuti oleh 356 peserta dari 85 Negara. Mailoa sekarang melanjutkan kuliah di MIT – Massachusets Institute Of Technology, A.S. Bulan Juli 2007,Muhammad Firmansyah Kasim, murid kelas 1 SMU Negri Makasar (IQ 152) memperoleh dua medali emas: masing-masing untuk kejuaraan Olympiade Asia di China diikuti oleh 80 Negara dan Olympiade Dunia di Iran yang diikuti oleh 90 Negara.


Prof. Nelson Tansu Ph.D, memperoleh gelar Professor Fisika pada umur 25 tahun dari Pennsylvania State University, hanya sepuluh tahun setelah lulus SMU Dr. Sutomo 1 Medan, Nelson menjadi Profesor termuda dalam sejarah perguruan tinggi di Amerika Serikat. Sementara itu Reza Pradipta berumur 23 tahun saat ini sedang kuliah untuk memperoleh gelar Doktor Teknologi Nuklir di MIT – salah satu perguruan Tinggi terbaik didunia.

Kita masih ingat sebuah Majalah Politik Terkemuka A.S. ”Foreign Policy”, (yang merupakan salah satu majalah jaringan Group ”Washington Post”,) – edisi Mei 2008, menempatkan Dr. Anis Baswedan yang sekarang Rektor Universitas Paramadina – sebagai salah satu dari 100 ”World public intelectuals”, sejajar dengan Al Gore, Noam Chomsky, Francis Fukuyama, Umberto Eco, Lee Kuan Yew, sejarawan India – Ramachandra Guha dan Penulis Fareed Zakaria.


Bulan April 2004, pada kejuaraan Fisika antar tujuh universitas paling prestigius didunia – Harvard University; University of California – Berkeley California; Princeton University; California Institute of Technology; Stanford University; Bremen University dan MIT- Massachusetts Institute of Technology keluar sebagai juara setelah mengumpulkan penghargaan terbanyak. MIT mengirim 7 orang mahasiswa, 3 diantaranya mahasiswa Indonesia yang sedang belajar perguruan tinggi tersebut.


Untuk merealisasikan mimpinya Prof. Yohanes berencana mendirikan paling tidak 10 kelas super di Indonesia. Masing-masing kelas terdiri dari 20 orang yang dipilih diantara siswa yang mempunyai IQ diatas 140 dan ditempelkan di SMU unggulan di Indonesia. Sekarang ini ada satu kelas yang sudah ditempelkan ke SMU 3 Jakarta. Kalau program ini berjalan baik dipastikan dalam dua tahun, akan lebih banyak siswa Indonesia yang menjadi juara Olimpiade Asia maupun Dunia.


Tanggal 3 sampai 10 Agustus 2008 di Bali, Indonesia menjadi tuan rumah ”Asian Science Camp”, ajang pelatihan siswa unggul seluruh Asia. Mereka dilatih oleh enam pemenang hadiah Nobel diantaranya: Professor Masatoshi Koshiba (2002) Nobel Fisika Jepang, Professor Yuan Tseh Lee (1986) Nobel Kimia Taiwan, Professor Douglas Osherroff (1996) Nobel Fisika USA, Professor Richard Robers Erns (1991) Nobel Kimia Switzerland. Indonesia mengikut sertakan 350 peserta.
Beberapa mantan juara Olyimpiade Fisika yang telah menjadi peneliti di luar negri menjadi pembicara diantaranya Prof. Nelson Tansu, Profesor termuda di A.S., Prof Johny Setiawan yang bekerja di Max Planck Institute for Astronomy – satu-satunya astronomy non-Jerman di Institute itu –yang menemukan delapan planet di tata surya lain, tiga diantaranya planet HD 47536c; HD 110014b dan HD 110014c, akan dipublikasikan tahun depan dalam jurnal astronomi, dan Dr. Rizal Fajar satu dari 8 scientist yang merancang dan menerbangkan ”probe” – laboratorium penelitian angkasa luar A.S., yang berhasil mendarat di Planet Mars.


Indonesia nyatanya tidak hanya kaya sumber daya alam (SDA), namun juga sumber daya manusia (SDM). Mantan Presiden Habibie adalah seorang jenius yang lulus dari Perguruan Tinggi Rheinisch –Westfalische Technice Hohscule, Achen, Jerman dengan nilai Summa Cumlaude dibidang ”teknologi pesawat terbang” – Habiebie menjadi doktor pertama di dunia yang memperoleh Summa Cum-laude di bidang itu.
Prof. Habibie selama bermukim di Jerman menjadi warga negara kehormatan negara itu dan menjadi salah satu Vice President Pabrik Pesawat Terbang MBB – Messerschmitt Bolkow Blohm. Dialah yang menemukan rumus keretakan pesawat terbang. Penemuan itu sangat membantu upaya mendisain pesawat penumpang raksasa yang dibuat di pabrik Boeing maupun Air Bus. Rumus nya dipakai untuk mendisain pesawat Jumbo Boeing 747 dan Boeing 777 serta Air Bus A380.
Temuannya menyebabkan Habibie dikenal sebagai ”Mr. Crakers”. Habibie tahun 1976 merintis pendirian industri penerbangan IPTN (Industri Pesawat Terbang Nurtanio) di Bandung. Banyak orang muda Indonesia pintar yang didorong keperluan memperoleh fasilitas labaratorium dan lingkungan budaya peneliti yang advance terpaksa sementara bermukim di luar negri.
Ketika IPTN berhenti mendisain dan memproduksi pesawat, ratusan pegawai ahli yang sebelumnya belajar di berbagai universitas ternama dunia hengkang ke berbagai negara dan menjadi tenaga inti diperusahaan yang ditempati. Di Malaysia terdapat 200 karyawan ex IPTN yang menjadi tenaga inti dari Pabrik Komponen Pesawat di negara itu. Pabrik itu menjadi supplier untuk Air Bus A320, sebagian bahkan di “forward” ke PT Dirgantara Bandung karena mereka sendiri sudah “over-load”!
Di pabrik pesawat Embraer Brazil ada 100 tenaga Teknik Penerbangan Indonesia 5 diantaranya sudah menjadi tenaga tetap. Di pabrik Lalu, de Havilland, Kanada terdapat 10 orang Teknisi Penerbangan, sementara di Pabrik Boeing A.S. terdapat 20 orang tenaga teknik Indonesia, termasuk Profesor Sulaiman Kamil Mantan Direktur Teknologi IPTN. Di Pabrik Pesawat terbang CASA Spanyol tempat sebagian tenaga IPTN sebelumnya belajar dan dilatih terdapat seorang Trainer Indonesia Ir. Math. Risdaya Fadil.
Pesawat terbesar didunia Air Bus A380, yang tahun lalu melakukan penerbangan perdana – didisain oleh ratusan tenaga ahli dari berbagai negara. Tenaga ahli Indonesia merupakan kelompok terbanyak yang berasal dari luar Eropah!

Tidak hanya di Industri Pesawat terbang, di Silicon Valley pusat ITC termasuk pabrik Microsoft terdapat 100 ahli IT Indonesia yang bekerja disanaAhli Indonesia banyak juga yang bekerja di NASA – National Space and Auronatica di Florida A.S. Kalau saja kelak iklim riset science sudah lebih kondusif dipastikan ratusan tenaga ahli Indonesia akan pulang kampung dan bekerja disini. Karena pengalaman empiris membuktikan orang Indonesia yang merantau tidak betah berlama lama diluar negri. Bangsa Indonesia bukan bagian dari bangsa yang suka ber migrasi kenegara lain.


Selain kaya Sumber Daya Alam Indonesia juga kaya dengan SDM – Sumber Daya Manusia Unggul – terdiri dari orang orang muda yang cerdas, hebat dan berbakat. Mereka yang akan membawa Indonesia sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ke lima di dunia setelah Cina, India, Uni Eropah dan A.S. menurut ”Visi Indonesia 2030. Hidup Pemuda Indonesia.


Sragen, 28 Oktober 2008.*
Ishadi S.K.